Kamis, 29 September 2016

0

Hukum Alam : Dimana-Mana Mayoritas yang Mendominasi

|



"Melindungi minoritas adalah keharusan - tapi terus melemahkan mayoritas adalah kebodohan."

Majority (kelompok terbesar) dalam suatu wilayah sudah sepatutnya mengambil alih tampuk kekuasaan dalam bidang apapun, termasuk dalam menjalankan roda pemerintahannya. Tidak ada ceritanya di dunia ini minoritas bisa memimpin mayoritas, apapun itu alasannya sebab sudah menjadi hukum alam (sunnatullah).

Di wilayah yang mayoritas penduduknya beragama Islam, maka wajib hukumnya untuk mengangkat pemimpin di sana adalah umat Islamnya. Demikian pula jika di negeri atau wilayah yang mayoritasnya non muslim, maka berlakulah hukum yang sama (azaz keadilan).

Tidak bisa diabaikan dan tak bisa dibolak-balik. Pengabaian terhadap “hukum” ini sama saja artinya dengan melakukan pelecehan dan merendahkan suara kaum mayoritas, akibatnya tentu saja akan menimbulkan konflik yang cukup fatal. Makanya di Bali dan Papua tak mungkin dipimpin gubernur muslim.Keseimbangan itulah yang tetap membuat kehidupan sosial berjalan dengan aman dan damai.




Baca selengkapnya »

0

8 Hal Yang Harus Di Ketahui Bagi Mahasiswa

|

Kuliah itu seperti apa ya? Yang pasti kehidupan perkuliahan tentu saja jauh berbeda dengan kehidupan sewaktu SMU. Mulai dari gaya dosen menyampaikan pelajaran, menyelesaikan tugas, berpartisipasi dalam kelas dan mencari teman baru, semua adalah pengalaman baru bagi seorang pelajar yang baru memulai langkahnya sebagai seorang mahasiswa.

Ada beberapa keahlian yang perlu dimiliki mahasiswa untuk menyesuaikan diri dengan kehidupan universitas. Terkadang ada yang sudah memiliki keahlian-keahlian ini tetapi belum memiliki kesempatan untuk menunjukkannya sehingga tidak sadar dengan potensi diri sendiri. Ada juga sebagian yang sembari menjalani kehidupan universitas berkesempatan untuk mengasah keahlian tersebut. Ya, masa kuliah memang adalah masa yang tepat untuk mencari dan membentuk jati diri kita sendiri.

Jadi apa saja keahlian yang penting untuk dimiliki seorang mahasiswa agar dapat mencapai yang terbaik di masa kuliah?

1. Fleksibel
Berpikiran terbuka itu penting. Semasa kuliah, apalagi di luar negeri, tentunya kita akan melihat banyak perbedaan pendapat dan kebiasaan hidup. Itu adalah hal yang wajar, karena latar belakang yang berbeda tentu saja akan mempengaruhi cara pikir dan kebiasaan hidup seseorang. Mengganggap perbedaan itu adalah sesuatu yang salah bukanlah langkah yang tepat. Akan lebih baik memanfaatkan kesempatan unik ini untuk mengenal kebudayaan dan kebiasaan rekan-rekan mahasiswa dari adat lain dan berbaur bersama mereka. Dengan demikian Anda telah memiliki salah satu kriteria yang diminati oleh perusahaan.

2. Tahan Banting
Mungkin sebagian mahasiswa menghadapi kesulitas pada awal kuliah. Tetapi jangan cepat menyerah. Tenanglah, di kampus anda akan memiliki dosen PA (Penasehat Akademis) walau tugasnya hanyakonsultan mengenai nilai, mata kuliah etapi lebih dari iitupun boleh dibicarakan. Jadi sewaktu menemukan masalah, berbicaralah dan carilah bantuan. Setelah itu mungkin Anda akan merasakan, sebenarnya masalah ini tidak sebesar yang saya kira.

3. Bisa menyesuaikan diri
Semakin kita dewasa, menyesuaikan diri dengan keadaan sangatlah penting. Semasa anak-anak, mungkin orang sekitar kita masih memberikan pengertian dan mengalah. Akan tetapi hal ini tidak berlaku semasa kuliah. Misalnya Anda takut untuk berpresentasi di depan umum. Dosen mungkin akan mengerti, tapi untuk mendapatkan nilai, Anda tetap harus berpresentasi dengan baik. Solusinya adalah datangi kakak tingkat anda atau sejenis perkumpulan mahasiswa yang membantu masalah ini. Disana mereka akan memberikan masukan dan melatih Anda. Salah satu pembimbing disana adalah dosen dan mungkin juga senior Anda yang juga dulunya memiliki rasa tidak percaya diri untuk berbicara di tempat umum. Masa kuliah adalah saat untuk keluar dari zona nyaman. Selalu jangan takut untuk membicarakan masalah yang dihadapi dan meminta bantuan. Pusat dukungan mahasiswa ada karena universitas/dosen mengerti,8 wajar saja mahasiswa baru menghadapi ketidaknyamanan dengan kehidupan baru mereka. Yang penting, mahasiswa mau berusaha untuk mencari solusi.

4. Menjadi anggota kelompok yang baik
Sewaktu kuliah banyak sekali tugas yang harus diselesaikan secara berkelompok. Bukan karena tugas ini tidak bisa diselesaikan sendiri, tetapi dosen memang ingin melatih kemampuan bekerja kelompok mahasiswa, dimana mereka bisa membagi tugas, menyelesaikan tanggung jawab, dan lagi yang paling penting adalah belajar untuk fleksibel dan bisa mengatasi perbedaan yang ada antara anggota kelompok. Kerja kelompok ini juga merupakan kesempatan baik untuk lebih mendekatkan mahasiswa dengan satu sama lain.

6. Bisa membaca situasi
Orang bijaksana bisa membaca situasi, sehingga mereka bisa mengajar atau bahkan memimpin. Sedangkan orang yang tidak menyadari apa yang sedang terjadi hanya bisa mengikuti. Kemampuan ini akan sangat berharga pada saat memasuki dunia yang sesungguhnya: dunia kerja, dimana atasan atau orang di sekitar kita tidak akan memberitahukan dengan jelas apa yang sebaiknya kita lakukan. Jadi harus pintar-pintar baca situasi.

7. Belajar tanpa batas
Sewaktu kuliah nilai tentunya penting. Akan tetapi yang dimaksud dengan belajar disini bukan hanya sekedar ilmu tetapi juga keahlian-keahlian interpersonal lain. Ilmu itu tiada batas, begitu juga dengan dunia yang kita tempati sekarang. Perubahan selalu ada, sehingga kita harus tetap awas dan belajar supaya tidak ketinggalan.

8. Memanfaatkan kesempatan yang ada
Bagi sebagian orang, yang penting sewaktu kuliah adalah mengejar nilai, sehingga bisa mendapatkan sertifikat dengan nilai yang bagus. Tetapi ada juga juga orang yang memanfaatkan masa kuliah untuk mencari teman, menikmati kehidupan sosial sebagai seorang mahasiswa. Sebagian lagi mengerti kuliah adalah persiapan memasuki dunia kerja, sehingga memanfaatkan waktu ini dengan baik untuk membangun koneksi, baik dengan dosen, atau dengan atasan sewaktu magang, sehingga nantinya lebih gampang menemukan pekerjaan. Termasuk yang manakah Anda?

Baca selengkapnya »

0

Tanda Hitam di Dahi, Benarkah Pertanda Rajin Sholat?

|

Namun ada hal yang perlu digaris-bawahi secara hati-hati. Sebab banyak di antara umat Islam yang kemudian memahami ayat ini secara harfiyah.

SAAT ini sudah tidak asing bagi kita melihat orang-orang yang memiliki noda hitam di dahi mereka. Banyak yang mengatakan, noda tersebut timbul karena seseorang sering melakukan sujud. Benarkah hal itu?
Istilah ‘Bekas sujud’ di dahi yang bisa dilihat dalam surat ke-48, yaitu Surat Muhammad dan perhatikan ayat yang ke-29.

“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya. Tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud . Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil,” (QS. Muhammad: 29).
Jika diperhatikan isi informasi ayat di atas, istilah ‘bekas sujud’ bukan hanya populer di dalam Quran, melainkan juga ada di dalam kitab sebelumnya, seperti Taurat dan Injil, yang asli tentunya. Dan ‘bekas sujud’ itu menjadi ciri khas para shahabat nabi Muhammad SAW.

Namun ada hal yang perlu digaris-bawahi secara hati-hati. Sebab banyak di antara umat Islam yang kemudian memahami ayat ini secara harfiyah. Bekas sujud itu kemudian dipahami sebagai warna kulit yang kehitaman di dahi seseorang.

Apakah memang benar? Dan apakah warna kehitaman di dahi itu selalu menunjukkan keimanan dan ketaqawaan seseorang?

Nah, di sini kita harus sedikit lebih cermat. Memang bisa saja karena seseorang banyak melakukan shalat, termasuk shalat malam, maka secara tidak sengaja, dahinya jadi berwarna kehitaman. Tentu hal ini baik, bukan sekedar karena dahinya berwarna hitam, tetapi karena memang banyak shalat.

Namun kalau secara sengaja ditekan-tekannya dahinya ke lantai, agar bisa membekas dan akhirnya berwarna kehitaman, tentu lain urusannya. Sebab esensi ayat itu bukan para warna hitam di dahi, melainkan karena banyaknya shalat.

Dan banyak shalat itulah yang ingin dikemukakan oleh ayat ini, yakni bahwa mereka adalah orang yang sering dan banyak melakukan shalat. Dan disebutkan dengan istilah bekas sujud, karena sujud itu identik dengan shalat, ditambah lagi sujud itu selalu dilakukan 2 kali dalam satu rakaat. Padahal semua gerakan yang lain hanya dilakukan 1 kali saja.

Kita harus hati-hati dalam masalah dahi hitam ini, sebab alih-alih mendapat pahala, boleh jadi kalau diiringi dengan rasa sombong dan riya’, malah akan jadi bumerang.

Bukankah Allah SWT telah berfirman tentang celakanya orang yang shalat namun lalai dan berperilakuriya’. Dan salah satu pintu riya’ dari ibadah shalat ini adalah memamerkan dahi yang berwarna kehitaman itu di depan manusia. Lalu seolah berbangga bahwa dirinya adalah orang paling dekat kepada Allah serta selalu paling benar dalam semua hal.

Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, orang-orang yang lalai dari shalatnya, orang-orang yang berbuat riya. (QS. Al-Maun: 1-3)

Bekas Sujud Akan Nampak di Akhirat
Kita menemukan hadits yang shahih terkait dengan fungsi ‘bekas sujud’ ini. Namun manfaatnya bukan untuk dikenal orang di alam dunia ini, melainkan untuk bisa dikenali Allah SWT di akhirat nanti.
Jika Allah ingin memberikan rahmat kepada ahli neraka, maka Dia memerintahkan malaikat untuk mengeluarkan mereka yang menyembah Allah. Lalu malaikat mengeluarkan mereka. Mereka dikenali karena ada bekas sujud pada wajahnya. Dan Allah mengharamkan neraka untuk memakan tanda bekas sujud sehingga mereka keluar dari neraka. Seluruh anak Adam bisa dimakan api neraka, kecuali bekas sujud. (HR Bukhari dan Muslim)

Hadits ini menjelaskan kepada kita bahwa orang yang shalatnya baik di dunia ini dan punya bekas sujud, nanti di akhirat kalau sudah terlanjur masuk neraka, akan dikeluarkan dari dalamnya. Dan cara untuk mengenalinya adalah dari cahaya bekas sujud yang memancar dari dahinya.
Dan bahwa cahaya bekas sujud itu tidak akan hilang termakan oleh panasnya api neraka.
Adapun bekas sujud yang sifatnya seperti cahaya di akhirat nanti, kita dapati keterangannya dari hadits lainnya berikut ini.

Rasulullah SAW bersabda, “Tidak ada seorang pun dari umatku kecuali aku mengenalnya pada hari kiamat kelak.” Para shahabat bertanya, “Ya Rasulallah, bagaimana anda mengenali mereka di tengah banyaknya makhluk?” Beliau menjawab, “Tidakkah kamu lihat, jika di antara sekumpulan kuda yang berwarna hitam terdapat seekor kuda yang berwarna putih di dahi dan kakinya? Bukankah kamu dapat mengenalinya?” “Ya”, jawab shahabat. “Sesungguhnya pada hari itu umatku memancarkan cahaya putih dari wajahnya bekas sujud dan bekas air wudhu’. (HR Ahmad dan Tirmizy)

Semoga Allah SWT menjadikan dahi kita ini memancarkan cahaya di akhirat nanti, sehingga termasuk orang yang akan dibela oleh Rasulullah SAW.

Sumber: Rumah Fiqih
Baca selengkapnya »

0

Analisa Tentang Dunia Pendidikan Kemaritiman Indonesia

|

Bertolak dari artikel "Satu-satunya di Sumatera, Jurusan MKP Memiliki Prospek yang Baik di Masa Depan" saya ingin menambahnya lagi ke dalam suatu analisa yang mendalam secara spesifik agar teman-teman mahasiswa UK khususnya jurusan MKP tahu mengenai kegiatan apa yang dilakukan setelah mengenyam pendidikan strata satu tersebut.

Dalam pembahasan sebelumnya saya menilai bahwa setiap mahasiswa yang bernaung di Universitas sebaiknya melanjutkanya pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Sebab tuntutan untuk menjadi pakar dalam ahlinya diperlukan sekali, jika mahasiswa MKP menyadari hal ini maka kalian sudah termasuk mahasiswa yang mengerti akan tuntutan zaman pada perubahan bangsa sendiri. Dan ini bisa dimasukan ke dalam kategori upaya untuk membangkitkan jiwa patriotisme yang tinggi.

Sekarang bukan eranya lagi bekerja sebagai abdi negara dengan ilmu yang saya kira masih minim dari segi teori maupun praktek. Sekarang eranya spesialisasi, dunia telah berubah yang dulu dasar pendidikan hanya pengetahuan umum kini telah beralih ke pengetahuan khusus. Memang dasar berupa pengetahuan umum perlu di ajarkan karena siapa yang tahu nasib ke depan dari seseorang. Boleh jadi apa yang dilakukan di masa depan berbuah manis ketika tidak sesuai titel yang dikejarnya hari ini, kasus seperti ini banyak di antara para suksesor, mereka cenderung mendukung kurikulum semacam ini di dunia pendidikan indonesia.

Berkembangnya dunia pendidikan spesialisasi sudah bisa kita lihat pada bidang kedokteran. Dulu tidak ada yang namanya dokter spesialisasi kanker, dokter spesialisasi kulit, mata hingga dokter ahli jiwa. Tuntutan zamanlah yang memaksa mereka -para doktet terdahulu- perlu mencetus guna mempelajari, dikembangkannya agar tercipta seorang ahli atau pakar di ilmu tertentu. Karena dokter umum saja tidak mampu menangani pasien yang berbeda penyakit, sebab konsentasinya haruslah terbagi-bagi.

Kembali lagi pada ruang lingkup universitas. Patut di pertanyakan apakah metode dosen yang dikerahkan pada mata kuliah penting sudah optimal dalam pengajarannnya. Dalam prakteknya mereka cenderung menginginkan mengajar lebih dari 1 makul yang terkadang diluar konteks titelnya sendiri. Hal ini perlu di awasi dan diberi masukan bahkan dorongan kepada pelaku monopoli ilmu tersebut agar insan-insan yang benar benar teruji di bidangnya terlahir di indonesia. Bukan hanya melihat satu sisi yakni pada hak personal namun sisi lain perlu di perhatikan yakni ilmu yang diajarkan haruslah ahli di bidangnya. Yang memiliki ilmu spesialisasi manajemen, tatanan kepelabuhanan hingga spesialisasi dunia usaha bidang pelayaran dimana sesuai dengan mata kuliah yang bersangkutan. Sehingga titel yang disandang dosen tersebut dapat dipertanggungjawabkan bila suatu saat nanti terjadi hal yang tidak diinginkan.

Mari kita lihat pendidikan dunia eropa, mereka berani menetapkan kurikulum pendidikan menspesifikkan yang tertentu saja. Mereka menyadari suatu keahlian harus benar ditekuni agar seorang mahasiswa tersebut kedepanya produktif, inovatif dan kreatif dari ide-ide besarnya. Sebaiknya hal ini harus diwacanakan oleh pemerintah Kemenristekdikti dalam hal membangun peradaban pendidikan secara holistik. Mereka nantinya selain menjadi akademisi, pakar juga konsultan dalam bidang kemaritiman.

Namun saya juga patut mengapresiasikan sekali pada pendidikan perguruan tinggi yang hanya mendalami bidang tertentu, Seperti akademi-akademi kemaritiman, Akademi Keimigrasian (Imigrasi, KPLP & Syahbandar) lalu STIP (Pelaut, Adpel dan Dinas Kelautan), STAN (Bea Cukai dan Sukofindo) serta Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (Karantina). Nantinya mereka akan bersaing dengan perguruaan tinggi yang sama di indonesia maupun di dunia untuk mengisi pos-pos penting dalam hal menjalankan suatu roda kemaritiman. 

Seiring waktu pengamat juga dibutuhkan, dan dari semua orang yang pantas adalah para kalangan akademisi yang menjalani pendidikan sampai level doktor di bidang kemaritiman. Bisa dikatakan mereka ini seorang ahli nujum.

Jadi kesimpulan mengenai analisa ini adalah Pendidikan di indonesia di bidang kemaritiman masih terbilang lamban dan belum adanya suatu kinerja yang baik dari pemerintah yang telah mencetak manusia-manusia hebat dalam dunia kemaritiman. Visi misi poros Jokowi mengenai maritim dunia, di prediksi pengamat dan pakar niscaya terwujud sebab kurangnya SDM yang berkualitas dan lagipun visi misi yang mulia ini masih dalam tahap pembangunan. Bila diiringi dengan kemajuan pendidikan kemaritiman, bukan tidak mungkin calon-calon mahasiswa ini akan mengembangkan visi misi indonesia yakni menjadi poros maritim dunia seperti apa yang dinantikan oleh para pendahulunya.
Baca selengkapnya »

Rabu, 28 September 2016

0

Organisasi Bagi Mahasiswa

|

Menjadi seorang mahasiswa bukanlah hal mudah, namun bisa dipermudah jika kita mau untuk menjalaninya dengan baik. Caranya, kita harus menjalankan kewajiban kita sebagai mahasiswa dengan semestinya. Menjadi mahasiswa jangan hanya sebatas mahasiswa biasa. Kita harus mengikuti arus pergaulan kampus, tentunya pergaulan yang memberikan dampak positif bagi perkuliahan kita.contoh positif kita bisa melakukan kegiatan sosial kepada masyarak.

Aal Aulia
Baca selengkapnya »

Senin, 26 September 2016

0

Gelas Paling Mahal Seantero Dunia

|

SUATU hari seorang raja mengumpulkan seluruh rakyatnya. Kemudian ia sodorkan kepada mereka sebuah gelas yang terbuat dari berlian sembari berkata, “Bahkan jika kalian semua mengumpulkan harta untuk membeli gelas berlian ini, kalian tidak akan pernah bisa membelinya. Ini adalah benda termahal seantero negeri.”

Semua menatap kagum. Betapa mahal dan indah gelas yang ada di hadapan mereka.
Sang raja melanjutkan, “Wahai rakyatku, siapa diantara kalian yang bersedia untuk memecahkan gelas ini?”
Terkaget-kaget mereka mendengarnya. “Duhai Baginda Raja, bagaimana mungkin kami tega memecahkan benda termahal seantero negeri?” kata salah seorang dari menteri kerajaan. Yang lain menganguk setuju.
“Benar, wahai Raja, bukankah itu pusaka negeri ini? Kami sekali-kali tak akan tega merusaknya,” sahut yang lainnya.

Suasana berubah gaduh, masing-masing berbisik kepada teman di sampingnya.
Tak berselang lama, seorang pemuda muncul dari kerumunan. Ia berjalan tenang, memberi hormat kepada raja, lantas tanpa berbicara apa-apa, ia langsung ayunkan kapak di genggamannya. Maka seketika gelas berlian itu pecah berkeping-keping.

Seketika itu pula orang-orang berteriak memaki-maki, mereka benar-benar marah. Hampir-hampir mereka akan mengeroyokinya jika saja raja tak segera menenangkan mereka.
“Wahai rakyatku, mari dengar dulu alasan kenapa pemuda ini berani memecahkan gelas berlian itu?” ujar sang raja.
“Wahai Rajaku,” kata si pemuda. “Gelas berlian ini memang sangat mahal dan sangat penting, tapi perintahmu untuk memecahkannya jauh lebih mahal dan lebih penting daripada apapun.”
Sang Raja tersenyum. Betapa bijaknya pemikiran si pemuda.
Mari belajar dari si pemuda.

Jikalaupun pemimpin yang ada sekarang tidak korupsi, dermawan tiada terkira, banyak membawa perubahan. Namun jauh lebih penting perintah Allah untuk tidak memilih pemimpin nonMuslim.
Allah berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang kafir menjadi WALI (pemimpin/pelindung) dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Inginkah kamu mengadakan alasan yang nyata bagi Allah (untuk menyiksamu)?” (An-Nisa’ 144).

Si pemuda meletakkan perintah Allah di atas segala-galanya. Karena hanya dengan begitu kita akan tumbuh menjadi mukmin sejati.
Baca selengkapnya »

0

Hiruk Pikuk Menuju Pilgub DKI 2017

|

Pemilihan Gubernur (Pilgub) DKI Jakarta untuk periode 2017-2022 terbagi menjadi tiga poros kekuatan politik, dan terkesan layaknya adu kekuatan bagi tokoh-tokoh nasional yaitu Megawati Soekarnoputri, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Prabowo Subianto. Ketiga Ketua Umum partai itu mempunyai jagoan masing-masing.

Megawati Soekarnoputri Ketua Umum PDI Perjuangan bersama Partai Golkar, Nasdem dan Hanura mempunyai calon Gubernur Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Ahok dipasangkan dengan kader PDIP Djarot Saiful Hidayat. SBY Ketua Umum Partai Demokrat, bersama PAN, PPP dan PKB mengusung calon Gubernur Agus Harimurti Yudhoyono yang tak lain adalah putra pertama SBY. Agus dipasangkan dengan birokrat DKI Sylviana Murni. Prabowo Subianto Ketua Umum Partai Gerindra bersama PKS mengusung calon Gubernur Anies Baswedan-Sandiaga Uno.
Ketiga pasangan kandidat Pilgub DKI kebanyakan di isi oleh wajah baru, dan menjadikan vitamin demokrasi indonesia untuk kedepannya. Menilik lebih jauh, strategi jitu hingga aneh pun mulai diterapkan, menariknya politik ini masih saja beraroma Pilpres 2014 silam.

Lihat perkembangan elektabilitas Ahok-Djarot saat ini, mulai menurun seiring munculnya lawan yang sepadan. Untuk menuju DKI 1 & 2 pun sangat tipis ketika dipengaruhi dengan munculnya kampanye hitam seperti isu SARA ketika memilih pemimpin yang bukan islam. Ahok yang di cap tukang gusur berubah kalem ketika masyarakat mulai cenderung memilih pemimpin baru ketimbang dirinya yang berkualitas. Tidak ingin mengucap kotor lagi adalah strategi pribadi Ahok dalam merubah ritme. Tetapi, perubahan drastis seperti itu malah menjadi bomerang sendiri bagi Ahok karena masyarakat kini telah pandai menilai sendiri apalagi ditambah dengan media yang memanas-manaskan Ahok akibat perubahan perilakunya secara tiba-tiba.
Sebaiknya kubu PDIP harus segera mengalih strategi, guna meredam situasi yang tidak menguntungkan bagi calonnya dan koalisinya tersebut. Apalagi kabar tidak sedap beredar tentang keangkuhan Megawati ketika mencalonkan Ahok-Djarot (20 September 2016 lalu) dengan mengenakan jaket PDIP bisa membuat koalisi gemuk ini akan terjadi perselisihan.
Sejumlah partai pengusung resah, terutama partai Golkar. Golkar menganggap Ahok-Djarot adalah milik semua partai yakni partai pendukung maupun pengusung, walau Ahok di dukung oleh PDIP sejak Pilgub Jakarta 2012 yang lalu. Perihal ini juga ditambah dengan berita surat pengunduran diri dari politisi Boy Bernadi Sadikin, Rabu 21 September 2016 dan lalu merapat ke kubu Prabowo, serta diperparah dengan adanya wacana penunjukan tim sukses dari partai PDIP.

Di luar kisruh internal koalisi, strategi yang menarik dari ibuk Mega sangat bagus untuk di ulas. Dipasangnya Djarot sebagai wakil Ahok mengindikasikan jika menang Ahok akan dijadikan wakil Jokowi di Pilpres 2019 mendatang. Lalu Djarot naik menjadi Gubernur dan PDIP akan menjadi partai yang sangat berkuasa karena telah memegang 2 posisi penting. Walhasil posisi Wagub akan di undi dari 3 partai Golkar, Nasdem dan Hanura. Jika kalah, kemunginan jabatan Mendagri akan di isi oleh Ahok, dan Djarot kemungkinan masih saja dalam lingkaran partai PDIP.
Sebutan "Anak Emas" mungkin harus disematkan kepada Ahok oleh PDIP, terutama oleh Jokowi yang notabane secara personal adalah mantan wakilnya. Sebab  seandainya mantan Bupati Belitung Timur ini menang otomatis tidak ada gubernur baru, ditengarai kasus-kasus tidak akan mencuat. Lain halnya bila Ahok kalah, kasus seperti "dugaan korupsi Jokowi oleh publik" seperti kasus bis transjakarta kemungkinan akan dikembangkan oleh pihak berwajib atas rekomendasi Gubernur baru.

Kemudian pasangan Agus-Sylviana, banyak kalangan menganggap SBY salah kalkulasi ketika menempatkan Agus menjadi kandidat Gubernur Jakarta. Karier yang cemerlang di militer seakan di putus begitu saja oleh orang tuanya sendiri. Namun bukan tanpa strategi Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengusung Agus Harimurti Yudhoyono sebagai calon gubernur DKI berpasangan dengan Sylviana Murni. SBY memiliki segudang strategi yang sudah dipersiapkan untuk putra sulungnya itu. Yang jelas, peluang berkarier anaknya di TNI sudah tidak banyak karena tidak ada dalam lingkaran kekuasaannya lagi.
Pasangan Agus juga bukan sembarang orang, punya track record yang mumpuni sebagai birokrat, pendidikan tinggi dan berpengalaman (mantan walikota Jakarta UTARA) yang bisa mendukung Agus untuk cepat menguasai masalah DKI. Di harapkan citra Sylvia bisa menarik kaum muda perempuan profesional dan terdidik.
Jika menang Agus disiapkan akan running di 2019. Capres termuda, mengikuti jejak Obama, seperti yang dirintis Anas Urbaningrum, tapi kurang mendapat dukungan yang kuat sehingga tergusur.
Namun jika Agus kalah di Pilgub, SBY masih menyiapkan strategi lain. Agus nantinya akan memimpin Partai Demokrat. Tapi kekalahan berpotensi kecil sebab SBY selalu mempunyai kekuatan hebat yang tak terlihat serta mempunyai 1001 alternatif.

Kemudian pasangan Anis-Uno. Siapa yang tidak kenal dengan Anis Baswedan? Sosok satu ini ringan dan teratur dalam bertutur kata, dan dalam akademik beliau adalah juaranya. Beliau merupakan peraih penghargaan 20 orang berpengaruh pada 20 tahun mendatang dari majalah jepang. Tidak sedikit prestasi akademiknya yang diraih sehingga menjadikannya menteri pendidikan, namun dalam perjalanan ia di depak yang disinyalir ketakutan Jokowi akan menterengnya citra Anis menuju kursi presiden akibat kebijakannya yang proposional selama menjadi menteri.

Kemudian pasangannya yang merupakan lulusan amerika juga merupakan salah satu calon Wagub yang terdidik, selain berprestasi akademik Sandiaga Uno juga seorang pebisnis yang sukses. Bahkan bukan suatu keniacayaan duet birokrat-pebisnis akan dapat mengatasi segala permasalahan ibu kota.
Strategi yang dimainkan oleh koalisi Prabowo memang tidaklah sehebat strategi SBY bagi calonnya yang aman jika apapun keputusan pada Pilgub nanti. Yakni jika menang di Pilgub nanti, Anis akan disandingkan bersama Prabowo di Pilpres 2019 lalu wakil Gubernur di isi oleh Sandiaga Uno yang berbaju PKS, terakhir partai islam ini berkuasa pada tahun 2004 jadi ini juga merupakan motivasi besar untuk memnangkan Pilgub kali ini.

Pengsungan Anis ke dalam koalisi Prabowo banyak yang membuat pertanyaan besar. Masih kuat ingatan semua orang dengan tidak lolosnya Anis pada konvensi partai Demokrat lalu menjadikan Anis berlabuh ke Jokowi dan menjadi menteri pendidikan. Berjalannya waktu beliau seakan seperti menjadi jubirnya Jokowi, terkadang statmentnya sedikit menyinggung hati Prabowo. Integritasnya patut dipertanyakan karena dahulu mebully Prabowo seolah menandakan tidak adanya sikap "Satunya Kata Dengan Perbuatan". Apakah mendekati JK adalah modal untuk mendekat Prabowo?? Atau mungkin hal yang dilakukan pak Anis adalah sebuah pencitraan, seperti kata pak SBY "Politik Itu Citra".

Jadi, strategi jitu berperan penting dalam politik merupakan masalah yang klasik, hiruk pikuk Pilgub kali ini seperti babak lanjutan dari Pilpres 2014 silam. Perseteruan abadi antara Megawati dan SBY masih saja memuculkan daun barunya dari batang, sebab akarnya saja belum bisa dihilangkan. Lalu Prabowo hadir yang harusnya sebagai penengah malah memilih salah satu dari pesaing tersebut. Namun kali ini Prabowo seperti mempunyai daun kehidupan sendiri, yang dipercayai akan mengungguli dari daun-daun lainnya, sebagai mana hal yang sama dilakukannya ketika Pilpres 2014.

Akhirnya, tiga tokoh nasional ini saling pandang, saling sorot, serta saling mengawasi. Partai mulai sibuk dengan jargonnya, pertarungan semakin sengit.  Menang Pilgub maka harapan besar untuk pucuk pimpinan di negeri ini. Dan harapan kita senagai rakyat yang pro demokratis, semoga saja dengan semakin baik perpolitikan indonesia dapat tertular pada setiap elemen, yakni semakin berkualitasnya calon-calon yang di usung.
Baca selengkapnya »

Jumat, 23 September 2016

0

Ketersesatan Sejarah Maritim Indonesia

|


Dari para sejarahwan hingga perwira Angkatan Laut Indonesia berkomentar mengenai penetapan resmi Hari Maritim Nasional. Polemik ini sebenarnya harus segera dituntaskan agar tidak terjadi berlarut-larut yang mengakibatkan publik terus mengalami ketersesatan sejarah.

Ketua Asosiasi Pemuda Maritim Indonesia (APMI) Ahmad Pratomo menilai kinerja pemerintah dan para sejarawan tergolong lambat untuk menetapkan Hari Maritim Nasional. Dirinya menghimbau agar para pemangku kepentingan agar opini dari para sejarawan dan komunitas sejarah semakin tertampung. Secara pribadi dirinya mengusulkan Hari Maritim Nasional lebih tepatnya jatuh pada peristiwa Perang Selat Bali.
"Spirit dan roh revousi di laut harus diangkat agar bisa menginspirasi generasi saat ini. Salah satu peristiwa penting yang mendasari itu ialah tanggal 5 April 1946 saat sekelompok pasukan dipimpin oleh pemuda bernama Markadi bergerak dari Banyuwangi menuju Bali dalam misi mendaratkan pasukan dan pengibaran merah putih.” papar Ahmad.

Menurutnya, peristiwa itu sangat heroik karena pemuda yang bersenjatakan minim mampu mengalahkan 2 kapal patroli Belanda yang jauh lebih canggih kondisinya. Selain itu, lulusan Sejarah UI itu menganggap peristiwa itu jarang diangkat di dalam buku sejarah, hanya perang di tanggal 10 November 1945 lah yang akhirnya menjadi Hari Pahlawan, sementara di laut tidak pernah”

Oleh karena itu, agar membangkitkan semangat maritim terutama dalam hal menjaga kedaulatan, Ia sangat sepakat sekali bila hari itu dijadikan Hari Maritim Nasional seperti halnya Hari Pahlawan. Kendati demikian, Ia juga menerima bila ada usulan untuk menyamakan antara Hari Bahari dan Hari Maritim yang jatuh pada tanggal 23 September.

Perlu diketahui bagi mahasiswa khususnya yang memiliki kualifikasi di bidang maritim. Bahwa tanggal 23 September merupakan hari diberlangsungkannya Munas Maritim yang pertama dan terakhir kalinya. Hari itu juga bisa memberikan makna tersendiri, karena di situ ada konsep sebuah negara dan sebuah identitas bangsa yang lebih luas gerakannya, yaitu maritim.

Sementara itu, Kasubdisjarah Dispenal Kolonel Laut (P) Rony Turangan turut memberikan pandangan terkait penetapan Hari Maritim Nasional. Menurutnya Hari Maritim Nasional tidak perlu dipandang sebagai kejadian perang di laut saja tetapi bisa dengan peristiwa lainnya yang berhubungan dengan maritim.
Kesepakatan bahwa 23 September yang saat ini diperingati sebagai Hari Bahari dijadikan pula sebagai Hari Maritim Nasional, disebabkan istilah ‘bahari’ dan ‘maritim’ sebenarnya sama hanya saja berbeda asal katanya.

“Tanggal 23 september sebagai diselenggarakannya Munas Maritim pada zaman Bung Karno saya kira lebih tepat untuk dijadikan Hari Maritim nasional, jadi tidak harus digambarkan dengan peristiwa perang atau angkatan laut, karena maritim ini punya semua anak bangsa,” ungkapnya.

Kalau memang banyak pihak yang masih menginginkan Hari Maritim itu dari peristiwa perang, Rony menegaskan lebih baik hari pemberontakan para ABK pribumi di kapal perang Belanda Zeven Provincien pada 3 Febuari 1933 pimpinan Martin Paradja yang dijadikan Hari Maritim, karena itu terjadi sebelum kemerdekaan dan menunjukan keberanian pelaut kita.
Baca selengkapnya »

0

Kehebatan & Kalkulasi Strategis SBY di Pilkada DKI

|


Kehebatan & kalkulasi strategis SBY sangat cermat. Dia sangat teliti & tahu moment yang tepat untuk bergerak.

1. SBY mengumpulkan ketua-ketua partai yang sebagian adalah pendukung Jokowi.

2. Partai-partai tersebut adalah parpol islam, dia rangkul & dia tunjukkan wibawa dia sebagai sentral keputusan.

3. Dia mampu kumpulkan parpol islam & parpol nasionalis. Ini menunjukkan kewibawaaan dia yang masih mampu melakukan konsolidasi politik & mampu mendesain kekuasaan parpol.

4. SBY kumpulkan parpol lintas ideologi (islam & nasionalis) pasca Megawati & kekuatan Teuku Umar mengantar Ahok mendaftar cagub ke KPU. Ini pertanda kejelian SBY, agar koalisi & kekuatan yang akan ia galang sesuai dengan kalkulasi dia, maka dia ngak punya beban politik kepada masyarat jakarta, karena Ahok & parpol pendukungnya tidak berkomunikasi dengan pihak Cikeas. Maka SBY akan bergerak maksimal untuk mengalahkan Ahok.

5. Pasca pengumuman koalisi cikeas, performa & citra cagub yg diusung lawan Ahok akan ditata, di-create sesuai selera rakyat Jakarta yang plural.

SBY paling tahu meramu emosi masyarakat.

Sukses untuk Pak SBY.
lupakan Ahok, PDIP, Hanura & Nasdem, sambut Gubernur baru hasil ramuan Cikeas.

(by Samuel Lengkey, aktivis)
Baca selengkapnya »

0

Perpaduan Militer-Birokrat, Pilihan Anak Muda

|

Partai Demokrat, PAN, PKB, dan PPP resmi mengusung Agus Yudhoyono dan Sylviana Murni sebagai Pasangan calon gubernur dan calon wakil gubernur pada Pilgub DKI 2017. Keputusan ini dianggap solusi jalan tengah, yang mewakili calon pemimpin muda, dinamis dan tegas. Perpaduan militer dan birokrasi.

Agus Yudhoyono dan Syliviana Murni adalah pasangan dengan background Militer dan Birokrasi; karena sosok Sylviana Murni berasal dari perwakilan birokrasi yang memahami kondisi pemerintahan DKI.
Lalu siapa Syliviana Murni?

Sylviana mewakili elemen perempuan, muslim, birokrat Pemprov. Dr. Hj. Sylviana Murni, SH, M.Si, merupakan sosok wanita Indonesia asli betawi yang tegas, lugas dan disiplin, peraih gelar None Jakarta tahun 1981.

Saat ini menjabat Deputi Gubernur DKI Bidang Kepariwisataan dan Kebudayaan. Sebelumnya menjabat walikota Jakarta Pusat pada era gubernur Fauzi Bowo.

Lahir dari keluarga religius dan disiplin yang menjadikan sosok Sylvi yang sukses. Didikan seorang Ibu yang menjadikan Sylvi menjadi sosok seorang wanita yang religi, sedangkan kedisiplinan Sylvi merupakan ajaran sang Ayah karena dari latar belakang tentara.

Berbagai jabatan karir pernah diemban Sylviana. Ia pernah menjadi Kepala Dinas Pendidikan Dasar DKI periode 2004-2008. Setelah itu, dia menjabat sebagai Wali Kota Jakarta Pusat tertanggal 21 April 2008 hingga tahun 2012. Dengan prestasi ini, Sylviana merupakan wali kota perempuan pertama di Jakarta. Sylviana juga pernah menjadi Plt Kasatpol PP.

Sylviana sebelumnya sempat mengikutifit and proper test yang diadakan Partai Gerindra untuk menjadi cawagub dari Sandiaga Uno di Pilgub DKI Jakarta 2017. Namun akhirnya Sylviana berlabuh di Koalisi Cikeas.
Baca selengkapnya »

0

Polemik Tanggal Resmi Hari Maritim

|

Polemik penetapan Hari Maritim Nasional di tengah berjalannya visi poros maritim dunia tak urung tuntas. Kendati ada pihak yang mengusulkan tanggal 21 Agustus sebagai Hari Maritim Nasional namun dinilai alasannya masih kurang kuat.

Mengutip kata sekjen Assosiasi Pemuda Maritim Indonesia (APMI) Ahlan Zulfakhri kepada salah satu media online maritimnews.com. Beliau mengatakan penetapan 21 Agustus sebagai Hari Maritim Nasional kurang relevan dari sisi sejarah maritim nasional.

Menurutnya, alasan penyerangan rakyat kepada Gudang Militer Jepang di Pulau Nyamukan, Surabaya,  4 hari setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945 dikumandangkan tidak bisa dijadikan ukuran dalam menetapkan Hari Maritim. Pasalnya banyak daerah seperti Sibolga, Cirebon, Tanjung Priok dan Tegal yang melakukan upaya yang sama untuk memperkuat persenjataan rakyat (saat itu belum ada BKR, TKR dan TNI).

“Angkatan bersenjata kita belum berdiri saat itu, BKR Laut sendiri yang merupakan cikal bakal TNI AL baru berdiri 10 September 1945. Jadi agak keliru, kalau atas dasar penyerangan rakyat ke tangsi militer Jepang dijadikan Hari Maritim Nasional,” terang Ahlan.

Kemudian timbul beberapa pembahasan di tataran nasional bahwa Hari Maritim Nasional seharusnya bertepatan dengan Musyawarah Maritim pertama dan terakhir kalinya yang jatuh pada tanggal 23 September tahun 1963 di masa Pemerintahan Bung Karno.

Keppres Nomor 249 tahun 1964 ternyata menjadi landasan hukum Hari Maritim Nasional. Dengan dasar ini, pemerintah tinggal menegaskan kembali dan jangan sampai lupa dengan sejarah. Karena akan berakibat fatal bagi perjalanan poros maritim kalau sejarah maritim saja kita tidak tuntas.

Kendati sudah ada diskusi-diskusi kecil yang menghadirkan beberapa stakeholder baik dari ahli dan pemerintah, namun sayangnya belum ada keputusan dan pengumuman secara resmi mengenai Hari Maritim Nasional.

Hal ini sekaligus mencerminkan tindakan inkonsistensi para ahli sejarah untuk mengungkapkan sikap, terhadap Hari Maritim Nasional. Ke depan seharusnya disosialisasikan kepada anak bangsa ini akan peristiwa penting yang terjadi pada 23 September 1963 itu, agar kita saat ini tidak kehilangan arah.

Untungnya polemik ini di tangani oleh deputi IV bidang Budaya, SDM dan IPTEK Maritim Kemenko Maritim yang dipimpin oleh Safri Burhanuddin. Beliau telah membentuk tim khusus untuk mempelajari polemik ini. Namun hingga kini hasil dari penelusuran tim tersebut masih ditunggu oleh 240 juta rakyat Indonesia yang sedang bertransformasi sebagai bangsa maritim. 
Baca selengkapnya »

0

Menghargai Proses Secara Tidak Langsung Hasil Telah Terbeli (Menulis 1)

|

“Barangsiapa menempuh jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju ke surga” (HR. Muslim)

Kalau dipikir-pikir untuk menuangkan gagasan atau ide kita dalam sebuah tulisan itu susah, dan tidak gampang. Tapi, apakah memang demikian? TIDAK, sejatinya, menulis sangat mudah, asalkan kita mau mengeksplor semua apa yang ada dalam pikiran kita, mencoba menuangkan seluruh ide yang kita punya, yang akhirnya membentuk 'lakon" yang menarik.

Memang menulis dituntut untuk mempunyai keahlian, kecakapan, dan kecerdasan. Namun, hal demikian hanya metode klasik yang sering digembor--gemborkan oleh mereka, para pecandu "methode" menulis, katanya itu syarat untuk menjadi penulis yang handal. TIDAK!! Salah besar.!

Syarat utama untuk jadi penulis cuman satu, asalkan kita hapal huruf-huruf alphabet "A sampai Z", kita sudah memenuhi syarat untuk jadi seorang penulis, karena ketika kita sudah hafal itu di luar kepala kita. Otomatis kita sudah bisa membaca dan menulis, sudah sangat, sangat, dan sangat cukup sebagai perangkat dasar manusia, untuk memulai karir sebagai penulis.

Selain itu, syarat utama yang lain adalah penulis harus menguasai bahasa manusia, entah itu bahasa indonesia, bahasa melayu, bahasa jawa, bahasa batak, bahasa inggris, atau apalah bentuknya.

Ketika kita sudah memenuhi dua kriteria tersebut, maka kita sebenarnya telah mampu untuk menulis. sebagai bukti: Menulis SMS, Menulis email, Menulis Status di Facebook, Chating, dan teman-temannya. Nah, model tulisan tersebut adalah gambaran bahwa manusia sesungguhnya punya bakat semua untuk menjadi penulis. Pasti dalam hal ini, akan terlontar pernyataan, "Gaya penulisan itu kan tidak masuk kategori dalam penulisan buku (ilmiah, novel, cerpen, dan sebagainya), jadi harusnya dibedakan, mana tulisan sehari-hari, mana tulisan yang benar-benar tulisan?".

Memang demikian. Tapi, Apakah kita akan mampu menulis, jika kita tak hapal A-Z, apakah kita mampu untuk menulis jika kita tak menguasai bahasa manusia? Semua orang pasti akan serempak menjawa, "IYA". Lantas apa hubungannya dengan yang tadi di contohkan (SMS, Chat, Surat, dan sebagainya)? Jawabnya, model tulisan SMS, Chat, dan surat--tidak bisa dipungkiri, tulisan macam itu terlahir dari pikiran dan rasa yang ada dalam diri kita. Karena dalam menulis apapun, sudah pasti kita dipaksa untuk berpikir.

Nah, berangat dari situ--untuk penghantar sebagai penulis, sejatinya kalian sudah memenuhi kriteria dan syaratnya, tinggal dikembangkan saja. Asalkan kita mau berproses, pasti bisa menulis. Lantas apa yang harus kita tulis sebagai langkah awal?

Permulaan, kita menulis jangan dulu yang susah-susah, coba kita cari tema yang benar-benar kita kuasai, apapun itu temanya--entah hobi kita, kebiasaan kita, biodata kita, dan sebagainya yang kita pahami. Pada saat proses menulis, sebaiknya kita jangn dulu membacanya, sebelum kita menganggap bahwa tulisan kita telah selesai, yang ditakutkan, kalau baru satu kalimat atau satu paragraf lalu kita baca, pasti kita akan merasa tidak sesuai dan jelek. Secara otomatis kita akan menghapusnya, dan hapus, serta hapus terus.

Maka, apa yang kita tulis tidak akan pernah selesai, oleh karena itu alangkah baiknya jika pada saat kita menulis sebagai pemula, jangan dulu kita baca sebelum kita merasa bahwa tulisan yang sedang kita tulis benar-benar selesai. Nah, setelah selesai semuanya, baru tulisan kita edit, mana yang tidak sesuai dan tidak nyambung, bisa langsung kita ganti, dan begitu seterusnya. Di samping itu, agar kita selalu istiqomah atau konsisten dalam menulis, sebaiknya dalam mengasah kreativitas kita menulis, kita membuat target, semisal: 1 hari 1 halaman, maka 1 bulan kita bisa dapat 30 halaman, hitung saja jika 3 bulan kita sudah dapat berapa halaman. Tetapi, kalau kita ingin terus memperbanyak target halaman dalam satu bulan, kita bisa menaikan target itu menjadi 2/3 halaman dalam satu hari, mungkin bisa lebih.

Bisa ditarik kesimpulan, kalau semisal kita mau memanfaatkan hari dan waktu yang kita punya, serta memperdayagunakan setiap kata yang kita keluarkan dari mulut kita, atau mau memanfaatkan semua pikiran kita dalam setiap kata dan tulisan, maka tidak menutup kemungkinan kreatifitas kita dalam menulis akan benar-benar terukir, dan akhirnya kita menjadi penulis yang profesional.

Perlu di ingat, bahwa tidak ada usaha yang mengkhianati hasil. Takdir bisa kita rubah dengan sebuah usaha yang maksimal, dan usaha itu disebut dengan proses, so sebagai makhluk yang selalu bersyukur seyogyanya proses itu dinikmati, jangan sampai patah semangat hanya karena tulisan yang dibuat tak kunjung seperti yang diharapkan. Dan jangan sampai berfikir bahwa ingin sesuatu secara instan, karena proseslah yang akan menjadi guru terbaik dalam kehidupan manusia.

Selamat menulis :)
Baca selengkapnya »

0

Kendala STIP Dalam Mewujudkan S3

|


Keinginan STIP sebagai lembaga pendidikan yang melahirkan generasi yang kuat kompetensinya dalam hal ilmu kemaritiman tersebut, memang belum berbuah manis.

Penyebabnya, Kemdiknas pada tahun 2012 mengeluarkan rekomendasi kepada STIP untuk membuka program S2, dengan persyaratan yang relatif sangat berat. Persyaratan itu antara lain kewajiban memiliki tenaga pengajar dengan kualifikasi pendidikan S3 linear bidang ilmu pelayaran atau kemaritiman.

Pihak STIP diwajibkan memiliki tiga dosen berbasis akademis S3. Di negeri ini, jangankan tiga orang, satu orang saja susahnya bukan main untuk mencarinya, namun S2 linear banyak di STIP.

Harapan besar adanya kebijakan dari Kemdiknas, sebenarnya bisa saja terwujud kalau pihak Kemdiknas menyadari bahwa dalam statuta STIP ditegaskan Kemdiknas merupakan pembina akademis.

Perlu diketahui bahwa secara struktural, STIP di bawah Kementerian Perhubungan. Tetapi secara akademis, STIP di bawah pembinaan Kemdiknas. Dalam posisi pembina, adalah wajar saja bila memberikan kebijakan kepada StIp agar bisa segera melahirkan S2 bidang kemaritiman.

Padahal sarjana S2 kemaritiman ini merupakan bagian dari semangat bangsa ini lewat Undang-Undang Pelayaran, antara lain untuk menjaga dan melindungi lingkungan maritim.
Baca selengkapnya »

Kamis, 22 September 2016

0

Alasannya Organisasi Mahasiswa Merosot

|

Pada dasarnya, organisasi mahasiswa memiliki peran yang signifikan dalam sejarah bangsa. Namun sejak 1998, tidak ada lagi gerakan mahasiswa yang dihasilkan organisasi mahasiswa, yang berakibat besar terhadap bangsa. Pengurus organisasi mahasiswa, sebuah jabatan sakral dimasa lalu, sekarang tidak lebih dari "orang aneh sok sibuk yang tak dipeduli" oleh rekan rekannya. Ia bukan lagi tokoh yang diidolakan, dihormati dan dihargai. Gerakan mahasiswa, momok bagi para status quois sekarang tak lebih keren ketimbang demonstrasi bayaran.

Organisasi mahasiswa, intra maupun ekstra kampus, secara umum mengalami beberapa kemunduran. Antara lain, kurangnya kuantitas kader. Kurangnya kualitas kader. Dan terlalu banyaknya dinamika yang kurang produktif yang menghambat perkembangannya.

Organisasi mahasiswa pada dasarnya, "sekolah ekstra" tempat menempa mental dan kemampuan manajerial mahasiswa, menjadi sangat penting untuk dijaga. Sebab kita dapat bayangkan, betapa lemahnya bangsa ini kedepan jika mahasiswa saat ini yang kelak melanjutkan estafet pembangunan, minim pengalaman organisasi.

Cara pandang 70-80an
Agar organisasi dapat bertahan, ia harus mampu menghadapi tantangan zaman. Organisasi mahasiswa di era 80-an, berada dibawah tekanan. Militansi adalah karakter utama gerakannya. Kader ditekankan memiliki militansi yang kuat. Militansi disini dalam artian, kuat memperjuangkan kepentingan umum. Bila dispesifikkan lagi, kuat demo. Cukup modal isu (yang bahkan belum terverifikasi validitasnya), rapat aksi, maka terjadilah demo besoknya. Militan bukan?

Model pengelolaan kaderisasinya yaitu dengan mengandalkan senioritas. Seniorlah yang pegang kendali. Bukankah senior tak pernah salah, dan bila salah kembali ke pasal satu ? Mengapa demikian, karena pada zaman itu, belum ada batasan masa kuliah. Hal wajar bila orang kuliah S1 sampai belasan tahun.

Saat itu, pengurus apalagi ketua lembaga, bagaikan Dewa. Ia dipuja oleh para yunior. Ia menjadi suri teladan yang dihormati dan disegani. Selalu dikawal oleh kawan kawannya, bak artis saat ini.

Memandang tahun 2016
Sejak reformasi 98, banyak perubahan mendasar dalam sistem tata negara kita. Kemudian berdampak pada sistem sosial. Sebagai contoh, terbitnya UU kebebasan pers dan terlepasnya rakyat dari represi orde baru (tuduhan komunis, tuduhan tindak subversif, penculikan, petrus dsb), menjadikan media kita sangat bebas. Ditambah lagi perkembangan teknologi informasi, sehingga informasi semakin mudah diakses. Perang isu menjadi hal lumrah saat ini.

Perubahan lain misalnya dihapuskannya ospek dengan alasan melanggar HAM. Walhasil, taring para senior menjadi ompong. Senior yang mencoba sok jagoan didepan yuniornya, akan menjadi bahan tertawaan. Beda, bila hal itu dilakukan beberapa puluh tahun lalu.

Generasi hedon, sesuatu yang amat langka di era 70, 80 dan 90an, menjadi hal umum saat ini. Budaya hedonisme, membuat banyak mahasiswa tidak lagi mementingkan berorganisasi. Tantangan semua organisasi adalah bagaimana membuat organisasi mahasiswa menarik bagi mahasiswa ditengah budaya hedonisme.

Merosotnya Organisasi Mahasiswa
Jelas, peran organisasi mahasiswa makin merosot akibat terlalu banyaknya dinamika yang tidak produktif, terutama saat suksesi. Selain itu organisasi mahasiswa kurang tanggap terhadap tantangan zaman. Organisasi yang hidup di tahun 2016, tapi paradigma pengelolaannya masih tahun 70-80an. Bila dibiarkan, organisasi mahasiswa diambang kehancuran. Pada gilirannya, akan melemahkan bangsa. Sebab sebuah kekuatan penting, yaitu mahasiswa, tidak lagi memiliki saluran energi positifnya.

Penguatan intelektual
Tradisi membaca, harus kembali dihidupkan. Organisasi mahasiswa semestinya mewadahi hal tersebut. Melalui kegiatan bedah buku atau sejenisnya. Pengadaan perpustakaan. Diskusi berkala. Dan hal hal ilmiah lainnya.

Bukan hal tabu, bila organisasi mahasiswa mengundang pejabat publik untuk meminta klarifikasi atau pencerahan tentang sebuah kebijakan. Ketimbang terburu buru turun kejalan atas isu yang lemah argumentasinya. Sehingga ada perbandingan antara isu, realitas lapangan, regulasi dan kebijakan. Menjadi mahasiswa yang bijak membaca situasi itu lebih baik ketimbang gampang dikompori dengan maksud agar dianggap militan.

Baca selengkapnya »

0

Dana Hibah Yes, Transfer Ilmu No

|


Semua negara di dunia mengakui indonesia kaya akan alam rayanya. Namun indonesia terlihat miskin ketika berapa uang yang dipegang. Selama ini SDM-lah yang mempengaruhi miskin tidaknya suatu negara, karena ia yang mengelola dan mengatur alam, sistem, sosialnya, dan sebagainya.

Nah dalam kasus ini, apakah kita sudah pandai mengelola alam sendiri? Rasanya belum sebab kita masyarakat indonesia cenderung tidak bersabar.

Ingin mendapatkan uang cepat dengan mempersilahkan berdirinya perusahaan asing untuk membantu perekonomian bangsa, lapangan pekerjaan bertumbuh subur. Lalu yang paling menariknya lagi dana hibah selalu hadir dikala indonesia goyah dengan gejolak perekonomiannya.

Secara tidak sadar kita tetap saja menjadi babu, bahkan selamanya. Walau semua persoalan kesenjangan teratasi, ini saja tidak cukup untuk menjadikan bangsa indonesia menjadi sebuah bangsa yang mandiri.

Rakyat terus saja menjadi bangsa pekerja, bukan bangsa pencetus suatu ilmu yang mutakhir. Khususnya dibidang ilmu teknologi modern. Seharusnya kita menolak semacam ini, kecuali dengan syarat mereka orang asing ingin mentransferkan ilmu-ilmu teknologi mereka ke pada kita. Hanya dengan ini kita bisa maju, keras sedikit tidak masalah. Contohi gaya Korut, Kuba, dan Iran yang sedang menuju kesuksesannya dibidang nuklir. Barulah kita lunak dengan mereka setelah berhasil mencuri ilmu teknologi tersebut.

Yang penting strategi untuk memajukan bangsa haus dipakai bukan strategi untuk memajukan perut sendiri. Jadi bersabar dalam bernegara perlu kita tunjukan dengan hal yang satu ini.
Baca selengkapnya »

Rabu, 21 September 2016

0

Dilema Kata "Petahana" Bagi Mahasiswa

|

Kurun waktu 1928-2016 ditetapkannya bahasa indonesia menjadi bahasa persatuan indonesia pada tanggal 28 Oktober 1928, banyak sekali pembaharuan dalam upaya mewujudkan bahasa indonesia yang baik dan benar. Mulai dari peralihan bentuk kata dulu yang dimodernkan, penyerapan kata asing, dan munculnya kata-kata baru khususnya di kata baku.

Contoh timbulnya kata baru yakni, "Petahana". Banyak orang awan bertanya-tanya kepada orang yang lebih pintar apasih petahana itu? Mereka yang rutin mengikuti perkembangan perpolitikan di indonesia menjadi bingung dengan munculnya kata yang melekat pada Cagub DKI Jakarta Ir. Basuki Cahya Purnama tersebut.

Pasalnya selain tidak tahu maknanya, mereka tentunya harus membagi konsetrasi antara makna "Petahana" dan mentafsir kata yang sesudah ataupun sebelum kata asing itu. Agar pesan yang disampaikan media bisa ditangkap dengan cerna oleh telinga masyarakat. Sungguh dilema bagi masyarakat kita, dan ini harus kita sadari bentuk perbedaan yang nyata antara mahasiswa dengan masyarakat.

Tetapi, agaknya di kalangan mahasiswa pun begitu juga. Sebab tidak semua mahasiswa pernah menjumpai kata tersebut pada mata kuliahnya. Namun, perlu ditekankan mahasiswa bukanlah seseorang yang kolot, pengertian harus pintar-pintar pun harus kita aplikasikan. Apa lagi terhadap masalah sepele ini yang mengenai pemaknaan kata-kata asing. Pastinya mereka mencari melalui internet, lalu bertanya pada dosen dan paling mudah bertanya pada teman sejawat. Ini juga menjadi dilema bagi mahasiswa, bagi mereka yang belum tahu sampai saat ini terhadap bahasa baku yang digunakan politisi-birokrat indonesia.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Petahana berarti kedudukan, kebesaran, atau kemuliaan, dalam politik, adalah istilah bagi pemegang suatu jabatan politik yang sedang menjabat. Contohnya Ahok yang sekarang sedang menajabat Gubernur DKI Jakarta ingin kembali manju pada Pilgub 2017

Jadi petahana adalahh pemimpin yang sedang menjabat pada saat pemilihan umum untuk pelaksanaan pemilihan berikutnya. Dalam persaingan kursi-terbuka (di mana sang petahana tidak mencalonkan diri), istilah "petahana" terkadang digunakan untuk merujuk kepada kandidat dari partai yang masih memegang jabatan kekuasaan.

Mungkin kata asing berikutnya akan muncul seiringnya kebutuhan akan kata-kata yang baru, tugas kita sebagai mahasiswa ya mau tidak mahu harus mencari makna kata tersebut. Walau kita bukalah mahasiswa hukum atau politik yang dituntut untuk mengetahui, namun apa salahnya kita mengetahui kata baru indonesia, toh untuk kebaikan kita juga ketika berkomunikasi dengan orang yang lebih hebat dari kita. Dan juga bisa sebagai ladang mencari pahala ketika bersedekah kepada yang tidak tahu.

Baca juga artikel : Sedikit Banyak Mahasiswa Harus Tahu Politik

Dunia sekarang telah canggih, internet dimana saja. Mudah untuk kita mencari tahu segala sesuatu. Kemudian, politik pada dasarnya harus di ikuti perkembangannya sebab dengan mengetahuinya kita jadi bisa mengaitkan segala permasalahan yang terjadi di pemerintahan daerah, dilema kampus hingga kebutuhan pribadi sendiri.
Baca selengkapnya »

0

Upload Foto di Sosmed. Haramkah?

|

Assamualaikum Wr. Wb

Judul diatas tergolong ekstream, ya kata haram sebenarnya tidak pantas dilekatkan pada judul tersebut pada zaman sekarang. Sebaiknya kata "berdosakah" yang tepat judul di atas, namun bukan demi sesuatu yang menarik hal semacam ini wajar di dunia literasi. Judul yang menarik dan unik dapat mengunggah jiwa seseorang untuk membacanya. Apalagi judul yang berkaitan dengan cinta, jodoh, nikah dan serba-serbi dunia anak muda masa kini. Tetapi, memang benar adanya bahwa para ulama telah sepakat tentang haramnya mengambar makhluk hidup yang bernyawa. Syaikh Sayyid Sabiq dalam kitabnya Fiqih Sunnah Juz 3 Hal 369 beliau mengatakan, “Telah jelas hadits mulia yang shahih tentang larangan memahat patung dan mengambar makhluk yang bernyawa. Baik itu manusia, hewan atau pun burung, adapun menggambar sesuatu yang makhluk yang tak bernyawa seperti tumbuhan atau bunga dan semisalnya maka hal itu di perbolehkan.”

Senada dengan Syaikh Sayyid Sabiq, Syaikh Salim bin Ied Al Hilali dalam kitabnya Mausuu’ah Al Manaahisy syar’iyah Fi Shahiihis Sunah An Nabawiyyah ia juga mengaharamkan Gambar bernyawa, “Haram hukumnya gambar dan lukisan (makhluk yang bernyawa karena termasuk menyaingi ciptaan Allah). 

Adapun dalil –dalil tentang Haramnya gambar dan memasang di dalam rumah, diantaranya sebagai berikut.

“Jibril ‘alaihis salam meminta izin kepada Nabi maka Nabi bersabda, “Masuklah.” Lalu Jibril menjawab, “Bagaimana saya mau masuk sementara di dalam rumahmu ada tirai yang bergambar. Sebaiknya kamu menghilangkan bagian kepala-kepalanya atau kamu menjadikannya sebagai alas yang dipakai berbaring, karena kami para malaikat tidak masuk rumah yang di dalamnya terdapat gambar-gambar.” (HR. An-Nasai no. 5365. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)

“Bahwa tatkala Nabi melihat gambar di (dinding) Ka’bah, beliau tidak masuk ke dalamnya dan beliau memerintahkan agar semua gambar itu dihapus. Beliau melihat gambar Nabi Ibrahim dan Ismail ‘alaihimas ssalam tengah memegang anak panah (untuk mengundi nasib), maka beliau bersabda, “Semoga Allah membinasakan mereka, demi Allah keduanya tidak pernah mengundi nasib dengan anak panah sekalipun. “ (HR. Ahmad  1/365. Kata Syaikh Syu’aib Al Arnauth bahwa sanad hadits ini shahih sesuai syarat Bukhari dan periwayatnya tsiqoh, termasuk perowi Bukhari Muslim selain ‘Ikrimah yang hanya menjadi periwayat Bukhari)

“Sesungguhnya manusia yang paling berat siksaannya pada hari kiamat adalah mereka yang menyerupakan makhluk Allah.” (HR. Bukhari no. 5954 dan Muslim no. 2107 dan ini adalah lafazh Muslim).

Sudah dibaca? Nah, sekarang kita tahu hadistnya mengenai maksud mengapa dilarang. Namun ada ulama juga yang mentolerir ini semua seperti yang dikemukakan oleh Syaikh rahimahullah. 

Beliau menjawab, “Gambar yang mesti dihapus adalah setiap gambar manusia atau hewan. Yang wajib dihapus adalah wajahnya saja. Jadi cukup menghapus wajahnya walaupun badannya masih tersisa. Sedangkan gambar pohon, batu, gunung, matahari, bulan dan bintang, maka ini gambar yang tidak mengapa dan tidak wajib dihapus. Adapun untuk gambar mata saja atau wajah saja (tanpa ada panca indera, pen), maka ini tidaklah mengapa, karena seperti itu bukanlah gambar dan hanya bagian dari gambar, bukan gambar secara hakiki.”

Oke, sekarang kita paham tujuan dilarangnya memajang foto dirumah dan dimana saja. Tetapi dalam konteks dunia yang modern ini, hal semacam ini boleh di toleransi. Menurut sebagian ulama. Bahwa Selain pendapat-pendapat ulama tentang gambar tadi diatas, ada pula ulama berpendapat bahwa yang terlarang itu adalah patung-patung dan gambar-gambar yang sempurna rupanya. Adapun gambar yang dipotong kepalanya atau badannya hanya separuh, maka itu tidak terlarang, dengan hadits sebagai berikut:

Barangsiapa membuat satu shurah, maka di hari Kiamat ia akan dipaksa untuk memberikan ruh kepadanya, padahal ia tidak bisa. (H.S.R. Bukhari)

Adapun shurah di sini pengertiannya ialah rupa, Gambar, Patung dsb, dari manusia ataupun yang lainnya.

Demikian penjelasan ilmiah ini, jika ada yang salah maka dimaafkan dan beri kritikan yang sopan. Perlu diketahui saya dan para ulama di atas hanyalah manusia biasa, jadi salah dan khilaf adalah bagian dari manusia yang penuh kewajaran.

Wallahu a'lam
Baca selengkapnya »

Minggu, 18 September 2016

0

Revolusi Akal Sehat

|

Terima kasih kawan. Kalian telah memulai membaca wacana ini. Teruskan, jangan berhenti hingga selesai. Apapun warna kulitmu, apapun agamamu, apapun jenis kelaminmu, kalian adalah sekumpulan orang yang saya sebut Maha dan Siswa. Bukan siswa, sebutan remaja yang masih berkutat dengan meja dan buku. Tapi kata yang di tambah Maha, menurut saya hebat akalnya, retrorikanya, hingga perasaan yang bernuansa kritis tanpa terkikis hingga usia menipis.

Inilah kisah Mahasiswa yang hidup di istana tempat ia meraih gelar sarjana. Kisah ini tidak selayaknya di publikasi ke umum, namun tujuan sebenarnya adalah generasi sesama, jadi apa boleh buat, wadah saja tidak disediakan, untuk menyalurkan keluh kesah kami. Mulai dari perilaku pengajar kami, lapak tanah yang tidak tahu pemiliknya, dan parahnya lagi keadaan anak didiknya yang dipaksa -walau hanya sebagian- untuk banting tulang dalam. membayar kewajibannya. Bukan salah pendidik, bukan juga yang di didik, terlebih lagi yang menciptakan serta merumuskan tempat mendidik tersebut. Semua biarlah berlalu, kini bukan lagi memikirkan yang dulu. Tetapi memikirkan hari ini, esok dan tahun depan. Bukan untuk perut, sanak, atau pun jabatan, tetapi berfikir untuk peradaban daerah yang sudah jauh tertinggal ini.

Akhirnya lagi-lagi peran Mahasiswa yang harus menjadi produser hingga aktor, lakon harus di mainkan seperti tujuan awal. Yakni menjadikan tempat calon sarjana ini menjadi lebih baik -katakanlah dari yang berswasta menjadi negeri. Dan dosen tidaklah di belakang seperti kebanyakan orang mengatakan kami di belakang mendukung kalian. Tetapi juga ikut berperan, bukan hanya berakselarasi di kala Mahasiswa telah sukses dengan tujuannya dasarnya. Dosen juga harus ikut bersama Mahasiswa menciptakan isu yang patut diperjuangkan demi kemajuan peradaban.

Jadilah seolah kalian anak tempatan, berilah sepercik harapan bagi mereka yang menginginkannya walau terkadang rasa ketidakpastian kalian terbesit. Bukan saja Mahasiswa, dosen atau para penduduk kampus yang giat menyuarakan ini, semua elemen patutnya menyadari dengan merespon dan menindaklanjuti apa yang seharusnya dilakukan -ibarat mencari jalan tengah. Bagi sesama akademisi, pejabat, pengamat dan birokrat juga tidak ketinggalan. Khusus nama yang terakhir ini, baiknya wacana yang telah dinantikan Mahasiswa diketengahkan dalam setiap agenda. Demi keberlangsungan memajukan daerah oleh Mahasiswa tempatan, bukan orang luar.

Lebih logis lagi. Tujuan pendidikan di suatu daerah demi memeratakan kemajuan berfikir, bukan hanya terfokus di satu tempat, pantaskah sebutan “kolot” dalam berfikir bagi penguasa negeri ini, jika hanya satu suku, ras, agama yang di prioritaskan?? Pemerataan itu perlu, hanya dengan hal keilmuanlah kemakmuran, kesejahteraan, ketentraman bisa tersaji. Serta konflik dan kesenjangan sosial, kebodohan atau cara pandang yang lemah boleh jadi, akan teratasi dengan adanya reformasi pendidikan.

Liat saja, sekarang gaung timur ingin dijadikan poros maritim nasional. Demi terwujudnya keinginan raja untuk mendunia dalam hal maritim. Lalu barat, bukan jawa. Kepri yang nyatanya sangat tepat dikatakan maritim karena tergugus dari pulau berpotensi sangat baik dalam menopang kemajuan nasional jika didahulukan. Adakah indikasi ketakutan dari raja, atau pusat tidak menyanggupi bila mana Kepri menjadi maju dan berani menjadi kerajaan sendiri sebagaimana kerajaan Riau-Lingga dahulu.

Bisa saja terjadi, bila anak tempatan telah berubah menjadi sarjana hukum, hingga profesor hukum. Hukum maritimpun bila berada di pundak anak tempatan tidak menutup pintu, bahwa Kepri bisa saja menjadi sebuah kerajan baru yang berlabel republik.

Akhirnya, ini hanya sebuah karya kosong, tulisan yang tak masuk akal. Penuh ketidakpastiaan, dan biarkan kata-kata ini di rajut oleh orang-orang yang peduli. Peduli terhadap peradaban indonesia barat laut terutama. Dan semoga kata yang berbingkai harapan ini kembali di muat pada hari yang di tunggu-tunggu. Yakni hari reformasi akal sehat.

Tulisan ini juga di muat pada media online Lihatkepri.com/lihat opini/Reformasi Akal Sehat
Baca selengkapnya »

Sabtu, 17 September 2016

0

Ingin Jadi Dokter Siswi Ini Giat Mengunjungi Pustaka Karimun

|

Meningkatnya minat baca pada usia anak-anak membawa angin segar bagi dunia literasi di Kabupaten Karimun khususnya di lingkungan pelajar. Dengan semangat sejak dini maka akan membentuk kharakter bangsa dalam mewujudkan manusia yang berkualitas, dan menjadi suatu harapan bangsa untuk meneruskan estafet pembangunan Indonesia yang maju secara menyeluruh.

Aktivitas dari seorang anak kecil yang satu ini dalam mewujudkan cita-cita menjadi dokter sungguh luar biasa. Patut di apresiasikan, betapa tidak. Untuk mengunjungi perpustakaan dalam hal mencari ilmu saja, seorang anak kecil kelas 5 SD rela menaiki oplet bersama temannya untuk sampai ke perpustakaan sehabis pulang sekolah. Harapannya hanya untuk menyantapi buku-buku yang terletak di rak perpusatakaan milik pemerintah daerah tersebut.

Ia mengatakan, bukan hari ini saja ia mengunjungi untuk membaca buku. Bahkan setiap hari sabtu adalah hari rutin untuk seorang anak kecil bernama lengkap Riski Ramadani. Kemudian, menuju kerumah pun masih tetap setia menggunakan oplet sebagai kendaran pulangnya. Wah, hebat sekali pengorbanannya dalam hal menuntut ilmu.

Semoga saja apa yang di inginkan anak SD 006 Karimun ini dapat terwujud di masa mendatang. Sebab tidak ada usaha yang pernah mengkhianati hasil, selagi kita ingin sukses maka usaha harus di upayakan dan tak lupa disertai doa.

Khusus para pegiat literasi, momentum harus di manfaatkan. Sebaiknya untuk mengundang lebih ramai minat baca pada kaum anak-anak di adakannya aktivitas yang menggairahkan, seperti perlombaan dan kegiatan-kegiatan lainnya yang dapat memberikan stimulus bagi perkembangan budaya literasi. Contoh kecilnya lomba membuat dan membacakan puisi. Agaknya acara ini tepat untuk di jadikan satu acara dalam hal mewadahi potensi para siswa-siswi di Kabupaten Karimun.
Baca selengkapnya »

Selasa, 13 September 2016

0

Berilmu Hanya Usaha Mendekatkan Kepada Allah Swt

|

Allah swt. memerintahkan kepada umat manusia agar berpengetahuan luas supaya manusia dapat memanfaatkan potensi yang terkandung di dalam alam semesta yang telah Allah swt. sediakan kepada manusia.

Perintah Allah swt. supaya manusia berpengetahuan sangat jelas sekali di dalam Al-Qur’an surah Al-‘Alaq ayat pertama, yaitu, Iqra’ (bacalah). Bacalah apa yang perlu dibaca, bacalah dengan hati, pikiran, dan pengamatan. Dengan banyak membaca seseorang akan menjadi banyak tahu, dengan banyak tahu ia akan menjadi berilmu dan bahkan menjadi ilmuan.

Dalam sejarahnya, ayat Iqra’ tersebut turun kepada Muhammad saw. yaitu, kepada masyarakat yang masih belum banyak mengenal baca dan tulis, namun demikian, Muhammad saw. sudah mempunyai daya pikir serta analisa yang tajam atas berbagai kejadian serta fenomena yang ada di masyarakatnya.

Kecintaan Muhammad saw. akan ilmu serta supaya ummatnya menjadi ummat yang berpendidikan salah satunya ia tunjukkan dalam kasus perang badar. Dalam perang badar kaum muslimin memperoleh kemenangan yang besar. Pasukan yang berjumlah kecil yaitu kaum muslimin dengan jumlah 313 tentara dapat mengalahkan pasukan kaum musyrikin yang berjumlah besar, yaitu 1000 tentara pasukan perang.

Banyak dari tentara kaum musyrikin yang ditawan oleh pasukan kaum muslimin. Muhammad saw. sebagai komandan tertinggi pasukan kaum muslimin dengan budi pekertinya yang luhur serta sifatnya yang lembut memerintahkan kepada kaum muslimin agar memperlakukan tawanan secara manusiawi. Para tawanan yang mempunyai harta bisa bebas dengan menebus dirinya dengan hartanya. Bagi mereka yang tidak mempunyai harta juga bisa bebas dengan ilmunya, syaratnya mereka yang pandai membaca harus mengajarkan cara baca kepada anak-anak kaum muslimin, sedangkan mereka yang pandai menulis harus mengajarkan ilmu tulisnya kepada anak-anak kaum muslimin.

Kasus di atas merupakan fakta sejarah yang tidak dapat dibantah. Muhammad saw. sangat menghargai orang-orang yang berilmu serta mencintai ilmu. Ia sangat bercita-cita agar ummatnya menjadi ummat yang berpendidikan. Begitu pentingnya ilmu dalam salah satu sabdanya ia mengatakan, man salaka thariqan yaltamisu fiihi ‘ilman sahhalallohu lahu thariqon ilal jannah, barang siapa yang menempuh suatu perjalanan untuk menggapai ilmu maka Allah mempermudah baginya jalan menuju ke surgaNya.

Ilmu dalam hal ini tidak terbatas kepada ilmu tertentu tetapi mencakup ilmu-ilmu apa saja, ilmu-ilmu eksakta atau noneksakta (ilmu-ilmu umum atau ilmu-ilmu agama). Kaum muslimin harus menguasai ilmu dalam berbagai bidang. Sebab kemajuan tidak akan bisa tercapai tanpa ilmu. Sejarah membuktikan kemajuan dan kejayaan Islam masa lalu karena kaum muslimin menguasai ilmu pengetahuan di berbagai bidang.

Di dalam ajaran Islam, ilmu apapun itu haruslah berupa ilmu yang membawa kepada pendekatan diri kepada Allah swt. Seseorang harus insaf bahwa, potensi, minat, dan bakat merupakan karunia dari Allah swt. Maka ilmu apapun yang sudah dikuasainya haruslah dibawa kepada kesadaran akan ke-Maha Besaran dan kekuasaan Allah swt.

Dengan ilmu yang dikuasainya seseorang tidak boleh sombong dan angkuh. Kemudian meremehkan orang lain dan berbuat semena-mena di alam semesta, seperti membuat kerusakan demi keuntungan pribadi. Sekali lagi ia harus ingat bahwa, potensi, minat, dan bakat yang melekat dalam dirinya hanyalah pemberian Allah swt. semata-mata. Bahkan, ilmu itu sendiri adalah milik Allah swt., sedangkan manusia hanya sekedar memakainya saja.

Seperti inilah yang dikhawatirkan oleh Muhammad saw. Manusia dengan ilmunya menjadi angkuh dan sombong, mereka merasa bahwa ilmu yang ada pada dirinya merupakan hak miliknya, ia menganggap bahwa dengan ilmunya ia menganggap sudah mampu memenuhi kebutuhan hidupnya serta mampu menjawab berbagai permasalahan dalam kehidupannya, ia telah melupakan Allah swt. Ia dengan ilmunya bukan menjadi dekat kepada Allah swt. tetapi malah semakin jauh dari Allah swt.

Sumber dari : Media Portal Pks (Dakwatuna.com)
Baca selengkapnya »

0

Hari Ini Mahasiswa Tidak Tahu Bentuk Perguruan Tinggi di Kampusnya

|

Ternyata, masih cukup banyak mahasiswa di luar sana yang tidak tahu bentuk dan tipe perguruan tinggi di Indonesia, terlebih tempat yang ia menimba ilmu sekarang. Padahal ketika telah menyandang gelar MAHA dan SISWA yang Maha artinya lebih diagungkan, harusnya hal demikian sudah disadari sebelum memasuki dunia perkuliahan. Karena sebagai mahasiswa kita harus pandai memilah tempat mana yang baik untuk mengenyam pendidikan sesuai dengan minat dam bakat kita. Perlu diketahui, setiap perguruan tinggi berbeda dengan yang lain, dari dalam proses perkuliahannya hingga berkaitan dengan karier yang akan dijalani nanti.

Baiklah, langsung saja kita simak penjelasan yang sesederhana ini.

1. Universitas

    Universitas merupakan perguruan tinggi yang terdiri dari beberapa fakultas, dan fakultas tersebut terdiri dari berbagai jurusan. Bentuk perguruan tinggi ini juga ada yang negeri seperti Universitas Indonesia dan yang swasta contohnya Universitas Karimun kebanggaan masyarakat Kabupaten Karimun.

    Dilihat secara fisik, universitas memiliki area luas dengan banyak gedung dan kelas. Jika secara gelar yang diberikan, universitas memberikan lebih dari satu gelar sesuai dengan jenjang -S1, S2, S3- dan jurusannya masing-masing.

2. Institut

    Menyelenggarakan pendidikan untuk kelompok disiplin ilmu pengetahuan sejenis adalah pengertian dari Institut. Sama seperti universitas yang memiliki fakultas, tetapi masih tetap dalam jalur atau jenis keilmuan yang sama. Biasanya Institut menawarkan jurusan-jurusan yang sifatnya lebih spesifik.

    Salah satu institut yang terkenal adalah ITB (institut Teknologi Bandung), ITB memiliki fokus keilmuan yang berkaitan dengan teknologi dan sains. Mantan presiden kita, yakni Prof B.J Habibie dan walikota Bandung 2013-2018, Ridwan Kamil, merupakan beberapa alumni dari perguruan tinggi tersebut.

    Dalam prosesnya mahasiwa yang memiliki ketertarikan ilmu yang sama akan sering bertemu, hal ini berbeda dengan universitas yang di dalamnya terdapat berbagai mahasiswa dari berbagai bidang keilmuan.

3. Sekolah Tinggi

    Sekolah Tinggi akan lebih fokus atau berkonsentrasi pada satu lingkup keilmuan saja dan cakupannya lebih kecil dari institut.Contohnya Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Cakrawala. Pada sekolah tinggi biasanya hanya memiliki satu fakultas saja, jurusan yang ditawarkan pun biasanya tidak terlalu banyak. Karena memiliki konsentrasi yang pada bidang tertentu, secara fisik sekolah tinggi memiliki area yang relatif lebih kecil jika dibandingkan dengan universitas atau institut.

4. Akademi

    Selain perguruan tinggi yang sudah dibahas di atas, ada juga perguruan tinggi yang berbentuk akademi. Akademi merupakan bentuk perguruan tinggi yang lebih spesifik, karena hanya fokus dalam penyelenggara pendidikan untuk suatu keilmuan dan keterampilan yang bersifat khusus.

    Beberapa akademii yang di sering kita dengar di antaranya adalah akademi kebidanan, keperawatan, pariwisata, kepolisian dan akademi militer (akmil). Karena bersifat khusus mak beberapa akademi dapat menentukan bentuk seleksi dan persyaratan masuk yang diperlukan terhadap calon peserta didik. Apalagi bila akademi tersebut memiliki ikatan dinas, tentunya proses penerimaan peserta didiknya akan lebih selektif.

5. Politeknik

    Politeknik ialah penyelenggara program pendidikan dalam jumlah bidang pengetahuan khusus, dan ia juga merupakan pendidikan vokasi. yakni pendidikan yang diarahkan pada penerpan dan penguasaan kehalian terapan tertentu.

   Jenjang pendidikan pada politeknik adalah Diploma I, Diploma II, Diploma III, dan Diploma IV (setara S1). Meski saat ini sudah jarang politeknik yang menyelenggarakan pendidikan untuk Diploma 1 dan II. Jika ingin melihat secara langsung bagaimana ruang lingkupnya perguruan tinggi berbentuk politeknik, pergi saja ke Batam dan di sana ada salah satu Politeknik terbaik Indonesia yakni Politeknik Negeri Batam.

Sofian.
Kabid Humas Hima-MKP UK
Baca selengkapnya »

0

Budaya Mahasiswa Mulai Terancam Hilang

|

Semua mahasiswa pastinya mengerti akan perubahan zaman, karena mereka merupakan bagian dari objek yang merasakannya. Namun apa mahasiswa sekarang masih tetap idealis sebagai mana dengan mahasiswa dulu.

Sudah saatnya dipertanyakan apakah masih ada jiwa semacam itu bersarang di dalam diri mereka. Gelar prestisius yang disandang mahasiswa, seperti agent of social change, agent of control, agent of transformation, dan intelektual muda kini sudah kurang populer untuk ditempelkan di atas nama mereka. Agaknya motivasi bung karno yang terkenal dengan "Mengguncang dunia hanya dengan 10 pemuda" telah menjadi buian kosong dan tidak logika menurut akal mereka. Wajar saja seandainya demikian, karena zaman menuntut mereka untuk di ikuti dan kesadaran cinta tanah air untuk memajukan bangsa hanya sebatas pandai menyanyikan lagu indonesia raya.

Mari kita mencoba untuk melakukan refleksi singkat sekaligus membandingkan aktivitas mahasiswa dahulu dengan aktivitas mahasiswa zaman sekarang. Jika ada sebagian orang mengatakan bahwa aktivitas-aktivitas mahasiswa dahulu sudah tidak relevan untuk dipraktekkan mahasiswa zaman sekarang, pada level tertentu mungkin itu benar adanya, tapi tidak seluruhnya benar. Sebab, ada beberapa aktivitas atau budaya mahasiswa yang memang harus tetap dijaga kelestariannya serta berkesinambungan, seperti membaca buku, berdiskusi, melakukan advokasi masyarakat, melakukan kritik terhadap pemerintah, menyampaikan aspirasi, melakukan pertemuan-pertemuan antar mahasiswa, serta agenda-agenda positif lainnya.

Mahasiswa pekerja sosial. Bukan! Tetapi mahasiswa harus mampu menunjukkan bahwa, mereka agen yang siap menyelesaikan berbagai persoalan yang terjadi di masyarakat, dan siap memberikan gagasan cerah pada saat menghadapi suatu persoalan. Minimal, mahasiswa harus jeli melihat sesuatu yang dapat dikategorikan sebagai sebuah permasalahan, atau jangan-jangan mahasiswa zaman sekarang sudah tidak mengerti sesuatu yang disebut masalah?

Penyebab akibatnya pergeseran budaya bisa saja karena faktor internal maupun eksternal mahasiswa itu sendiri. Dalam perspektif psikologi perkembangan, lingkungan adalah faktor kuat yang dapat mempengaruhi pola pikir serta tingkah laku seorang individu. Artinya, perubahan pola pikir serta tingkah laku individu sangat erat kaitannya dengan kondisi lingkungan di mana ia hidup, sebab kondisi lingkungan mengikuti perubahan zaman, dan itu merupakan hukum alam, meskipun sebenarnya manusia itu sendirilah yang membuat perubahan-perubahan tersebut.

Manusia harus mampu memproteksi diri dengan menggunakan akal serta mampu membedakan antara keinginan dan kebutuhan. Melihat relita aktivitas mahasiswa -kecuali belajar-, menjadikan kegiatan tersebut termasuk ke kategori keinginan. Padahal dalam konteks bermasyarakat kedepannya mahasiswa akan berbaur bersama rakyat, sehingga dengan banyaknya wadah dan aktivitas maka akan menjadi manusia yang berguna bagi banyak orang. Maka suatu keharusan keinginan di ganti dengan makna kebutuhan!

Sebagian orang menganggap wajar pergeseran-pergeseran itu terjadi akibat perubahan arus zaman. Dan sebagian lainnya menyalahkan proses pembelajaran di kampus yang tidak mampu menumbuhkan kesadaran (kognitif) mahasiswa. Ada lagi sebagian lain justru menyalahkan individu-individu mahasiswa itu sendiri karena dianggap lebih memilih gaya hidup hedonis nan pragmatis, enggan untuk diajak berpikir dan berjuang. Bahkan, ada lagi sebagian lain yang justru beranggapan agak ekstrim, bahwa mahasiswa zaman sekarang tidak cerdas dan jika boleh dikatakan, bodoh

Terlepas dari hal itu, apa pun faktor yang menjadi penyebab pergeseran budaya mahasiswa tersebut harus kita akui bahwa realitas seperti itu memang sungguh-sungguh terjadi dan jangan mencoba tutup mata, terutama kepada mereka yang memiliki tanggung jawab moral untuk mengembalikan peran serta fungsi mahasiswa. Karakteristik mahasiswa zaman sekarang memang sudah jauh berbeda dengan karakteristik mahasiswa zaman dahulu, dan itu sangat mudah menilainya dari aktivitas yang mereka pertunjukkan sehari-hari, baik di kampus maupun di luar kampus.

Masih segar ingatan kita ketika mahasiswa menjadi pelaku sejarah dalam menumbangkan rezim orde lama, kalau tidak ada Mahasiswa mungkin parlemen kesulitan dalam menumbangkan pemeritahan di bawah presiden Soeharto. Artinya, ada beban sejarah yang dipikul mahasiswa sekaligus ada suatu harapan yang membumbung tinggi atas keberadaan mereka di negeri ini. Mau di bawa ke mana citra, beban sejarah serta harapan besar itu?

Baca selengkapnya »

Support

Copyright © 2011 PC PMII Kabupaten Karimun

Template N2y Shadow By Nano Yulianto