Senin, 27 Juni 2016

0

Skripsi Ditiadakan, Suatu Kemunduran Dalam Pendidikan

|
Berkaca pada status teman saya di akun facebooknya yang mengungkit isu dihapusnya ujian skripsi oleh pak presiden jokowi, menjadikan tulisan ini hadir di tengah-tengah kita sebagai tanggapan atas perihal tersebut. Secara nasional semuanya akan merespon regulasi baru pemerintah terhadap dunia pendidikan di indonesia. Seluruh media wajib mengangkat tema yang krusial ini, mengingat hasil konvensi akan menentukan arah pengembangan bangsa indonesia ke depan. Sebelum menjadi doktrin, semuanya harus dikaji secara mendalam sebelum di implementasikan ke dalam kurikulum yang berakibat fatal. Apakah diganti dengan format yang sama namun tujuan sebagai peneliti tidak di pisahkan, atau di ganti formatnya dan slogan tri dharma perguruan tinggi di lenyapkan.

Pro dan kontra ialah suatu kewajaran, yang tidak wajar jika kita vakum dan hanya menjadi penonton padahal semua itu akan menentukan hidup mahasiswa itu sendiri. Memuji sampai mengecam pun tidak terelakkan dari korbannya. Yakni mahasiswa, mereka akan turun ke jalan dengan memboncengi organisasi besar mengatas namakan generasi masa depan, entah itu menolak atau mendukung. Lihat dan tunggu saja pemeran utamanya dalam melakukan drama di negeri yang congkak ini.

Pandangan awam terhadap sarjana.
Anggapan masyarakat awam tentang sarjana saja banyak menganggur masih belum bisa tergantikan, mereka yang tidak menginginkan pendidikan tinggi masuk ke ranah keluarganya dengan alasan ekonomi, tidak praktisnya, kurang berproduktif, dsb. memegang dogma itu sebagai alasan mereka. Cukup sampai 12 tahun saja menimba ilmu sisanya anak kita harus mencari pekerjaan. Kata orang tua mereka.

Untung-untung sukses melalui jalur tersebut. Namun, harus di ingat sedikit yang sukses dengan menyandang gelar sarjana. Melainkan besar peluang kesuksesan jika menyandang gelar di belakang namanya. Tapi kenapa mereka masih banyak mengganggur? Kata mereka lagi. Menurut saya itu berkat usaha yang kurang maksimal dalam proses pencarian pekerjaan, serta kurangnya penerapan dalam ilmu yang di berikan oleh dosen sehingga dalam implementasinya tidak terkesan memuaskan oleh para rekrutmen.
https://aspirasimahasiswakarimunblog.blogspot.co.id/2016/05/tulisan-yang-saya-suguhkan-tidaklah.html

Pandangan terhadap agama - pendidikan untuk kehidupan duniawi dan surgawi.
Hidup ke depannya adalah cerminan kita di masa lalu, apa yang kita kerjakan dan kita tulis di lembaran hidup ini akan menuai di hari kemudian. Itulah ketetapan Tuhan, yang mengaku maha adil. Benar adanya, Allah swt itu maha adil, terlebih maha bijaksana. Melebihi bijaksananya hakim di pengadilan. Hakim saja pernah khilaf dalam memutuskan perkara, hingga beberapa berita mencuat akan kredibilitas seorang hakim.

Allah swt adalah tuhan yang sempurna. Bijaksananya melewati batas akal manusia sehingga sulit bagi kita menilai tindakan yang Allah berikan. Terkadang kitapun tidak bisa menerima takdir, namun sekali lagi inilah rahasia-Nya, pada akhirnya semua akan terasa indah. Disaat susahnya kita dalam menyusun skripsi maka disaat itu juga pepatah berakit-rakit dahulu berenang-renang ketepian mulai menunjukkan jatinya. Maka saat itu juga kita merasakan keadilan tuhan yang tanpa di sadari sebelumnya.

Sesungguhnya, al qur'an di turunkan kepada Rasulullah dengan wahyu pertamanya ialah surah iqro yang ayat pertamanya berbunyi "bacalah". Jadi dengan turunnya perintah allah melalui kitab suci tersebut mengindikasikan bahwa dengan membaca maka ilmu akan kita peroleh, lalu di amalkan dan di bagikan ke orang ramai.

Semoga bermanfaat..
Baca selengkapnya »

Kamis, 23 Juni 2016

0

Kenapa Allah Mengutus Beberapa Nabi ?

|

Salah satu manifestasi kemurahan (lutfh) Allah Swt atas para hamba-Nya adalah bahwa tidak satu pun umat pada setiap masa yang menjalani hidupnya tanpa seorang pembimbing dan pemberi petunjuk. Lantaran manusia adalah seorang pengelana, yang telah mengarungi beberapa alam dan sedang bersiap-siap untuk melakukan perjalanan menuju alam-alam berikutnya. Dan ketika melalui alam ini ia tidak mampu berjalan dan mengarungi samudera kehidupan tanpa bimbingan Ilahi, darimana ia datang, bagaimana dan kemana ia harus melangkah. 

Hal ini semua menegaskan kebutuhan manusia terhadap seseorang yang disampaikan wahyu kepadanya. Untuk menjawab kebutuhan ini Allah Swt berfirman: "Wa laqad ba'atsnâ fî kulli ummatin rasûlan" (Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul bagi setiap kaum, Qs. Al-Nahl [16]:36); "Wa in min ummatin illa khala fiha nadzir" ( Dan tidak ada suatu umat pun melainkan telah ada padanya seorang pemberi peringatan , Qs. Al-Fathir [35]:24);"Tsumma arsalnâ rusuluna tatrâ." (Kemudian Kami utus (kepada umat-umat itu) para rasul Kami berturut-turut , Qs. Al-Mukminun [23]:44) . " Kesemua ini diadakan guna memberi petunjuk dan membimbing manusia.

[1]Berdasarkan ayat-ayat Ilahi, riwayat para maksum dan argumen-argumen rasional yang menegaskan bahwa bumi sekali-kali tidak akan pernah dibiarkan tanpa hujjah (para nabi atau imam), penjaga dan penyampai agama Ilahi. " Orang-orang kafir dari golongan ahli kitab dan orang-orang musyrik (mengatakan) bahwa mereka (tidak akan meninggalkan (agama mereka) sebelum datang kepada mereka bukti yang nyata ." (Qs. Al-Bayyinah [98]:1) Pada hakikatnya, ayat ini menyinggung kaidah lutfh yang dibahas dalam ilmu Kalam, bahwa Allah Swt akan menurunkan dalil-dalil nyata pada setiap kaum dan umat untuk menyempurnakan bukti dan hujjah bagi mereka.

[2] Kendati agama-agama Ilahi tidak berada pada level dan tingkatan yang sama dari sudut pandang kesempurnaan, namun kandungan dakwah dan seruan utama seluruh nabi Allah As (meski berbeda ruang, waktu, dan situasi sosial) adalah satu. Seluruh nabi Allah menyeru dan mengajak manusia untuk hanya menyembah Allah dan menjauhi thagut. "Wa laqad ba'atsnâ fii kulli Ummatin Rasâlan ani'budulâh wajtanibu Thâgut." Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan), “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah tagut itu ” (Qs. Al-Nahl [16]:36) .Mengapa Demikian? Karena selama fondasi Tauhid belum kokoh dan thagut tidak jauhi oleh manusia maka tidak satu pun program perbaikan (islah) yang diusung para nabi ini dapat terlaksana dengan baik. 

[3]Lalu mengapa Tuhan tidak menurunkan agama secara sempurna sejak semula dan menjaga agama tersebut melalui para nabinya melainkan menurunkan banyak agama kepada manusia? Dalam menjawab pertanyaan ini harus dikatakan bahwa sebagaimana ayah dan ibu dalam proses pendidikan dan tarbiyah anak-anak kecil mereka tidak menekankan seluruh masalah moral dan aturan-aturan pendidikan kepada mereka dan keduanya tidak terlalu berharap bahwa anak-anaknya menjalankan seluruh aturan yang disampaikan kepada mereka, melainkan setahap demi setahap, secara perlahan kedua orang tua menyampaikan segala aturan dan taklif kepada mereka. Dan pada setiap tahapan, kedua orang tua menyampaikan pesan-pesan pendidikan dan tarbiyah sesuai dengan tuntutan ruang dan waktu, hingga anak-anak mereka mencapai usia baligh dan akal mereka mencapai kematangan dan kedewasaan. Ketika usia dan akal mereka telah matang, maka pada masa-masa inilah seluruh aturan dan masalah moral disampaikan kepada mereka dan mereka dituntut untuk menjalankan seluruh aturan dan masalah moral tersebut. 

[4] Ketika hal ini dikaitkan dengan manusia maka kita jumpai demikian adanya. Artinya syarat-syarat untuk menurunkan agama sempurna semenjak permulaan pengutusan para nabi (masa kenabian Nabi Adam As) itu tidak tersedia dan mustahil. Karena manusia memiliki beberapa ragam periode pikiran dan semakin berkembang dan matang pikirannya, dari satu sisi, maka kebutuhan pikirannya dan psikologisnya juga semakin bertambah dan semakin pelik. Dari sisi lain, manusia telah memiliki kapasitas dan kemampuan untuk menerima dan mengamalkan aturan dan juklak yang lebih tinggi dan lebih sulit. Kalau tidak demikian, manusia tidak memiliki kemampuan dan potensi semacam ini semenjak permulaan.

Atas dasar ini, semenjak permulaan syariat-syariat yang diturunkan kepadanya berisi ma'ârif (plural dari makrifat) dan hukum-hukum yang lebih ringan dan mudah dipahami sehingga pada tingkatan dan tahapan selanjutnya ia telah siap untuk menerima ma'ârif Islam.

Oleh itu, Nabi Adam As sebagai nabi pertama menunjukkan aturan-aturan kepada masyarakatnya berdasarkan kapasitas mereka sebagai manusia generasi pertama. Pada masa-masa selanjutnya dan zaman nabi selepasnya, seiring dengan perkembangan dan kematangan manusia berikut semakin luasnya kapasitas wujudnya, maka aturan-aturan yang lebih sempurna disampaikan kepada mereka dimana dengan perbuatan ini agama sebelumnya juga menjadi sempurna hingga pada masa Rasulullah Muhammad Saw agama paling sempurna dan pamungkas dipersembahkan kepada manusia dan setelahnya tidak akan ada lagi agama yang akan diturunkan.

Meski seluruh nabi Allah menyeru dan mengajak manusia kepada Tuhan Yang Esa, akan tetapi syariat suatu agama berlaku hingga datangnya syariat baru yang dibawa oleh seorang nabi baru yang telah diwartakan pada agama sebelumnya. Setelah datangnya agama baru dari sisi Tuhan dan pengutusan nabi baru disertai mukjizat dan tanda-tanda, seluruh pengikut agama-agama sebelumnya harus mengikut agama yang baru diturunkan kepada mereka.

Karena itu, seiring dengan datangnya Islam maka seluruh agama sebelumnya teranulir (mansukh) dan para pengikutnya berkewajiban untuk menjalankan seluruh aturan Islam sebagai agama paling pamungkas dan paling sempurna di antara agama-agama Ilahi.

Dengan penjelasan ini menjadi terang bahwa pertama, masalah pelurusan distorsi agama-agama sebelumnya merupakan salah satu dalil pengutusan nabi-nabi baru, bukan seluruh dalil. Kedua, setelah turunnya agama sempurna dan siapnya orang-orang dengan kemampuan untuk menerima pelbagai hakikat, maka tersedia ruang untuk menjaga dan memelihara agama ini di antara masyarakat melalui sebagian orang yang memiliki kemampuan untuk sampai pada substansi dan mutiara agama kemudian mempersembahkan keduanya kepada masyarakat.[]

Untuk telaah lebih jauh silahkan Anda merujuk pada beberapa item di bawah ini:
1. Indeks: Dalil-dalil Kebenaran Islam, pertanyaan No. 6862(Site: 6941)
2. Indeks: Kebenaran Syiah, pertanyaan No. 1523 (Site: 2011)
3. Mahdi Hadawi Tehrani,Mabâni-ye Kalâm Ijtihâd, hal. 61 dan seterusnya.
4. Mahdi Hadawi Tehrani, Bâwar-hâ wa Pursesy-hâ, Sirr Khatamiyat, hal. 33.
[1] . Tafsir Nemune, jil. 14, hal. 245.
[2] . Silahkan lihat, Jawadi Amuli,Tafsir Maudhu'i Qur'an, jil. 6, Sirah Payambarân dar ur'ânTafsir Nemune, jil. 27, hal. 202
[3] . Tafsir Nemune, jil. 11, hal. 221. 
[4] . Silahkan lihat, Syahid Muthahhari,Islâm wa Muqtadhiyât-e Zamân, jil. 1, hal. 563.
Baca selengkapnya »

0

1 Agama 1 Dunia

|

Sepertinya umat sekarang harus banyak-banyak belajar dari umat terdahulu, nabi Muhammad SAW pernah bersabda bahwa “Sebaik-baik umatku adalah pada masaku. Kemudian orang-orang yang setelah mereka (generasi berikutnya), lalu orang-orang yang setelah mereka.” (Shahih Al-Bukhari, no. 3650)

Kesenjangan di beberapa persoalan sangat sulit bila merujuk pada seseorang selain rasulullah, namun beliau wafat pada 632 M. Berbagai ulama besar menjadikan semua orang untuk merujuk kepada mereka dalam segala hal, karena tak di pungkiri bahwa allah mengatakan di dalam al-quran "Tiap-tiap umat mempunyai rasul; maka apabila telah datang rasul mereka, diberikanlah keputusan antara mereka dengan adil dan mereka (sedikit pun) tidak dianiaya." (Yunus: 47)

Allah maha adil, dia tak mungkin meletakkan satu kaum tanpa seorang rasul yang berguna sebagai pembimbing guna kaum di eranya. Namun hanya sebagian orang yang mengikuti mereka hingga kepercayaan yang awalnya satu ini menjadi berpecah-pecah seperti sekarang. Lalu sang rasulpun tidak tampak ke permukaan, bukan di sebatkan oleh sedikitnya pengkitu mereka melainkan allah swt-lah yang mengkhendaki semuai ini.

Dan sesungguhnya telah Kami utus beberapa orang rasul sebelum kamu, di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antara mereka ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak dapat bagi seorang rasul membawa suatu mukjizat, melainkan dengan seizin Allah; maka apabila telah datang perintah Allah, diputuskan (semua perkara) dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil. (Surat al mu'min ayat 78)

Bila menatap langit zaman, di setiap kurun, waktu, senantiasa didapati para pembela al-haq. Mereka adalah bintang gemilang yang memberi petunjuk arah dalam kehidupan umat. Mereka memancarkan berkas cahaya yang memandu umat di tengah gelap gulita. Kala muncul bid’ah Khawarij dan Syi’ah, Allah Subhanahu wa Ta’ala merobohkan makar mereka dengan memunculkan Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu dan Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma. Begitupun saat Al-Qadariyah hadir, maka Abdullah bin Umar, Abdullah bin Abbas, dan Jabir bin ‘Abdillah radhiallahu ‘anhum dari kalangan sahabat yang utama melawan pemahaman sesat tersebut. Washil bin ‘Atha’ dengan paham Mu’tazilahnya dipatahkan Al-Hasan Al-Bashri, Ibnu Sirin, dan lain-lainnya dari kalangan utama tabi’in. Merebak Syi’ah Rafidhah, maka Al-Imam Asy-Sya’bi, Al-Imam Syafi’i, dan para imam Ahlus Sunnah lainnya menghadapi dan menangkal kesesatan Syi’ah Rafidhah. Jahm bin Shafwan yang mengusung Jahmiyah juga diruntuhkan Al-Imam Malik, Abdullah bin Mubarak, dan lainnya. Demikian pula tatkala menyebar pemahaman dan keyakinan bahwa Al-Qur’an adalah makhluk bukan Kalamullah. Maka, Al-Imam Ahmad bin Hanbal tampil memerangi pemahaman dan keyakinan sesat tersebut.

Allah Subhanahu wa Ta’ala senantiasa memunculkan para pembela risalah-Nya. Mereka terus berupaya menjaga as-sunnah, agar tidak redup diempas para ahli bid’ah. Bermunculan para imam, seperti Al-Imam Al-Barbahari, Al-Imam Ibnu Khuzaimah, Al-Imam Ibnu Baththah, Al-Imam Al-Lalika’i, Al-Imam Ibnu Mandah, dan lainnya dari kalangan imam Ahlus Sunnah. Lantas pada kurun berikutnya, ketika muncul bid’ah sufiyah, ahlu kalam dan filsafat, hadir di tengah umat para imam, seperti Al-Imam Asy-Syathibi, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah beserta murid-muridnya, yaitu Ibnul Qayyim, Ibnu Abdilhadi, Ibnu Katsir, Adz-Dzahabi, dan lainnya rahimahumullah.

Sosok Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah sendiri bagi sebagian umat Islam bukan lagi sosok yang asing. Kiprah dakwahnya begitu agung. Pengaruhnya sangat luas. Kokoh dalam memegang sunnah. Sebab, menurut Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, sesungguhnya tidak ada kebahagiaan bagi para hamba, tidak ada pula keselamatan di hari kembali nanti (hari kiamat) kecuali dengan ittiba’ (mengikuti) Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Itu sederet perbedaan keyakinan masih dalam koridor kepercayaan yang sama, setelah itu semua orang mulai menyimpang dari ajaran tauhid yang mengesakan allah.

Misalnyadi India..?! tentunya juga harus ada Nabi, tentu disana juga banyak manusia yang hidup. Mereka juga butuh keselamatan dunia dan akhirat

Yang jelas, pasti ada jika menilik ayat di atas dan keyakinan kita bahwa Allah subhanahu wa ta’ala adalah Maha Adil serta sangat menyayangi seluruh hamba-hambaNya tanpa pandang bulu.
Menurut penafsiran beberapa ulama dan ahli sejarah, di India pernah dikirim pemberi peringatan (Nabi), menurut beberapa penafsiran Budha Gautama adalah Nabi Idris ditilik dari sejarah yang kemudian didapatkan persamaan-persamaan sejarah hidupnya. Hanya dalam beberapa decade, terjadilah penyimpangan-penyimpangan yang terjadi hingga Buddha Gautama dianggap Tuhan atau Dewa yang diagungkan.

Tuhan Yang Maha Esa (Tauhid) dalam agama Buddha adalah “ Atthi Ajâtam Abhûtam Akatam Asankhatam “ (dalam bahasa Pâli), yang artinya “Suatu yang Tidak Dilahirkan, Tidak Dijelmakan, Tidak Diciptakan, Yang Mutlak”. Sedangkan istilah Asankhata dalam bahasa Pâli berarti Yang Maha Esa atau Yang Mutlak. Hampir semakna dengan kalimat di dalam QS Al Ikhlas yang berisi bahwa Tuhan adalah Ahad (Esa), tempat bergantung setiap makhluq-Nya, tidak beranak dan tidak diperanakkan, serta tidak ada yang serupa dengan-Nya (tidak dijelmakan)

Hal ini tidak berbeda dengan yang terjadi di tanah Arab, Latta, Uzza dan Manat menurut sejarah mereka adalah orang-orang shalih yang mendapatkan kemuliaan dan karomah dari Tuhan. Begitu hormatnya orang-orang terdahulu pada mereka, sehingga terjadilah penghormatan yg kelewat batas alias berlebihan, sehingga setelah beliau meninggal, mereka dianggap sebagai anak-anak Allah. (baca QS 53;19-20) dan Manah yang ketiga, yang paling terkemudian (sebagai anak perempuan Allah).

Pada tahap selanjutnya dibuatlah patung-patung sebagai wujud mereka, untuk disembah-sembah dan dianggap perantara mereka dengan Tuhan dalam berdoa. Tidak berbeda juga dengan Nabi Isa AS, saat beliau sudah meninggal, terjadi penyimpangan-penyimpangan. Penghormatan yang berlebihan sehingga mengangkat beliau menjadi anak Tuhan, bahkan akhirnya diangkat menjadi Tuhan itu sendiri dalam konsili Nicea.

Tidak berbeda juga dengan keadaan saat ini, beberapa orang shalih (misal para wali), saat beliau sudah meninggal dunia, banyak yang menghormati beliau semuanya secara berlebihan. Mereka menganggap para wali dapat menjadi perantara mereka dengan Allah, hingga kuburan mereka dijadikan tempat sembahyang. mereka menganggap para wali tersebut dapat menyampaikan doa mereka pada Allah, menganggap keramat kuburan para wali Allah, bahkan mereka takut pada kuburan melebihi takutnya pada Allah, takut kuwalat, dan juga menganggap berdoa dan beribadah di kuburan lebih afdhol dan terkabul daripada beribadah dan berdoa di Masjid.

Saat ditanya, alasan mereka sama dengan alasan yang diberikan orang Qurais jaman dahulu saat ditanya mengapa mereka menyembah berhala :
QS 39;3 “Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): “Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat- dekatnya.”
QS 10;18. "Dan mereka menyembah selain daripada Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan, dan mereka berkata: “Mereka itu adalah pemberi syafa’at kepada kami di sisi Allah.”

Penyimpangan-penyimpangan terjadi saat para pemberi peringatan atau orang-orang shalih tersebut sudah meninggal, ini adalah sejarah yang berulang dari jaman ke jaman.
Bagaimana dengan Hindu..?! Sehingga tidak salah juga jika ada penafsiran yang mengatakan, bahwa penyebar Hindu pertama adalah seorang Nabi Allah juga, yang pada periode-periode berikutnya mengalami penyimpangan-penyimpangan. Hal ini dapat diketahui dari kitab suci agama Hindu yang mengajarkan ajaran Tauhid, walau kemudian hari disimpangkan menjadi Tuhan yang banyak (Dewa).
(Shevatashvatara Upanishad Ch 4: V.19)

Tuhan itu tidak ada sesuatupun yang menyerupai Dia
Bhagavad Gita Ch.10:V.3)
Allah Tuhan yang tidak dilahirkan, tiada permulaan, Tuhan Seru Sekalian Alam.
(Rigveda Book 1 Hymn 164:V.146)
Allah Maha Esa. Panggilah dengan berbagai nama. (asmaul husna)
(Rigveda Book 8 Hymn 1:V.1)
Kami tidak menyembah seseorang kecuali Allah yang satu.
(Chandogya Upanishad Ch.6 Sek.2 V.1)
Tuhan hanya satu tidak ada sekutu dengan-Nya
(Shevatashvatara Upanishad Ch 6: V.9)
Allah itu tidak beribu bapa.

Sama bukan dengan ajaran ke-Tauhidan Islam..?! persis sama dan tidak geser dikit pun. Hanya dalam prakteknya, terjadi banyak penyimpangan-penyimpangan, banyak sesembahan-sesembahan, banyak sesajen, dan sebagainya dalam praktek pelaksanaan agamanya yang sebenarnya bertentangan dengan ajaran Tauhid kitab yang aslinya.

Bahkan Nabi Muhammad pun di sebut dalam kitab suci Hindu, silahkan baca hasil copasan berikut di bawah ini :

Seorang professor bahasa dari ALAHABAD UNIVERSITY INDIA dalam salah satu buku terakhirnya berjudul “KALKY AUTAR” (Petunjuk Yang Maha Agung) yang baru diterbitkan memuat sebuah pernyataan yang sangat mengagetkan kalangan intelektual Hindu.

Sang professor secara terbuka dan dengan alasan-alasan ilmiah, mengajak para penganut Hindu untuk segera memeluk agama Islam dan sekaligus mengimani risalah yang dibawa oleh Rasulullah saw, karena menurutnya, sebenarnya Muhammad Rasulullah SAW adalah sosok yang dinanti-nantikan sebagai sosok pembaharu spiritual.

Prof. WAID BARKASH (penulis buku) yang masih berstatus pendeta besar kaum Brahmana mengatakan bahwa ia telah menyerahkan hasil kajiannya kepada delapan pendeta besar kaum Hindu dan mereka semuanya menyetujui kesimpulan dan ajakan yang telah dinyatakan di dalam buku. Semua kriteria yang disebutkan dalam buku suci kaum Hindu (Wedha) tentang ciri-ciri “KALKY AUTAR” sama persis dengan ciri-ciri yang dimiliki oleh Rasulullah SAW.

Dalam ajaran Hindu disebutkan mengenai ciri KALKY AUTAR diantaranya, bahwa dia akan dilahirkan di jazirah, bapaknya bernama SYANUYIHKAT dan ibunya bernama SUMANEB. Dalam bahasa sansekerta kata SYANUYIHKAT adalah paduan dua kata yaitu SYANU artinya ALLAH sedangkan YAHKAT artinya anak laki atau hamba yang dalam bahasa Arab disebut ABDUN.

Dengan demikian kata SYANUYIHKAT artinya “ABDULLAH”. Demikian juga kata SUMANEB yang dalam bahasa sansekerta artinya AMANA atau AMAAN yang terjemahan bahasa Arabnya “AMINAH”. Sementara semua orang tahu bahwa nama bapak Rasulullah Saw adalah ABDULLAH dan nama ibunya AMINAH.

Dalam kitab Wedha juga disebutkan bahwa Tuhan akan mengirim utusan-Nya kedalam sebiuah goa untuk mengajarkan KALKY AUTAR (Petunjuk Yang Maha Agung). Cerita yang disebut dalam kitab Wedha ini mengingatkan akan kejadian di Gua Hira saat Rasulullah didatangi malaikat Jibril untuk mengajarkan kepadanya wahyu tentang Islam.

Bukti lain yang dikemukakan oleh Prof Barkash bahwa kitab Wedha juga menceritakan bahwa Tuhan akan memberikan Kalky Autar seekor kuda yang larinya sangat cepat yang membawa kalky Autar mengelilingi tujuh lapis langit. Ini merupakan isyarat langsung kejadian Isra’ Mi’raj dimana Rasullah mengendarai Buroq
Jadi, tidak salah jika Allah telah berfirman bahwa setiap umat akan diturunkan para Nabi atau pemberi peringatan.. Sinolog (pakar per-China-an—penj) terkemuka, James Legge, mengklaim, “Lima ribu tahun silam bangsa China adalah monoteis—bukan henoteis, tapi monoteis” (“Konfusianisme dan Taoisme menerangkan dan sebanding dengan Kristen”). Kristen Syria, serta rekan terkemudian mereka dari Gereja Katolik, melihat kemiripan antara Shandi/Tian dan Tuhan Ibrahim, dan oleh sebab itu menjadikan “Shangdi” sebagai nama “Tuhan” Kristen dalam bahasa China. Beberapa akademisi Kristen China, nyatanya, juga menegaskan bahwa Tuhan Ibrahim dan Shangdi China merupakan entitas yang sama.

Jadi, sebenarnya, semua ajaran berasal dari satu sumber yang sama.. tetapi kemudian terkontaminasi dengan kepercayaan2 lainnya, sehingga mulailah terjadi berbagai macam penyimpangan-penyimpangan.. semakin lama, penyimpangan akan terasa semakin jauh, tetapi jika ditelusuri dari sumber yang asli, maka akan kita dapatkan sebuah keyakinan yang sama, yaitu ajaran Tauhid, hanya satu Tuhan yang Esa, tempat bergantung setiap makhluq-Nya,tidak beranak dan tidak diperanakkan, dan tidak ada yang menyamaiNya (ringkasan QS Al Ikhlas..
Wallahu a’lam…
Baca selengkapnya »

Rabu, 22 Juni 2016

0

Cerita Kita Di Bulan Suci Ramadhan

|
Indahnya berbagi di bulan ramadhan amat dirasakan oleh mahasiswa/i karimun pada hari rabu (22/06/2016) di rumah tetangga korban yang dirundung musibah dilalap sijago merah beberapa hari silam. PC PMII KABUPATEN KARIMUN mengunjungi untuk melakukan aksi sosial dengan memberikan beberapa barang sembako beserta baju layak pakai yang diperuntukkan bagi korban rumah kebakaran yang beralamat di simpedas Kel. Pasir panjang, Kel. Meral barat.
Kedatangan kami disambut dengan hangat namun terkesan mendadak. "Saya kira yang datang cuman 2 orang", ucap nora yang peduli pada tetangganya itu. Apa lagi kunjungan yang kami berikan lumayan ramai dan diluar dugaan beliau sehingga membuatnya tidak siap dalam mempersiapkan untuk menyambut tamunya. Ibu Nora adalah penghubung antara korban dengan pihak PMII dalam kegiatan ini, istri ketua pemuda setempat ini senang sekali bila ada orang yang membantu tetangganya, katanya lagi pemerintah provinsi melalui dinas sosial sebenarnya telah membantu tetangganya namun untuk pemerintah kabupaten sampai saat ini belum ada.
Dalam pelaksanaannya yang di ketuai oleh sahabat Aal Aulia (Humas PC PMII Kab. Karimun), mengatakan ini sebagai bentuk kepedulian kami terhadap sesama dan bila ada hal yang perlu di tolong kami PMII Kab. Karimun insya allah siap akan membantu. Ketua umum serta beberapa koordinator divisi juga ikut mewarnai dihari bahagia tersebut untuk turut menyertai serta membantu membawakan logistik ke tempat tujuan. Selaku ketua umum sahabat Parizal juga memberikan arahan dengan menjelaskan peran serta fungsi dari organisasi yang di pimpinnya dan mengenalkan secara langsung kepada beberapa masyarakat yang hadir, mengenai apa itu organisasi PMII.
Di pusatkan di sekretariat PC PMII Kab. Karimun sebagai titik awal dalam perjalanan kami langsung melesat ke pasir panjang. Perjalanan jauh yang melelahkan cair seketika saat di suguhkan beberapa hidangan dari tuan rumah untuk menu berbuka puasa. keluhan dan harapan banyak di utarakan dalam diskusi singkat itu. Hampir 15 menit berlalu salah satu satu koban rumah kebakaran hadir dalam diskusi tersebut, acara simbolis pemberian pun dilaksankan langsung setelah selesai berbuka puasa.
Konsep PMII yang mengusung dzikir, fikir dan amal sholeh adalah semboyan yang menjadi tulang punggung dalam kegiatan ini selain ASWAJA dan PANCASILA yang telah menjadi darah daging sebagai ideologi PMII. Dan komitmen PMII Kab. Karimun selain sebagai pengawal dalam setiap mekanisme pemerintahan juga menjadi tempat rujukan dalam menangani isu-isu sosial terlebih kepada kaum protelar.
*Salam Pergerakkan.
Baca selengkapnya »

Kamis, 16 Juni 2016

0

Negeri Tanpa Raja

|
Kampus Universitas Karimun
Pemerintah kita telah dewasa menyikapi birokrasi indonesia dalam menangani mekanisme trias politica (eksekutif, legislatif dan yudikatif), regulasi yang ada sudah baik dari yang diharapkan oleh pendahulu negeri ini. Namun penataannya masih kurang dari hasil dampak untuk pengimplementasinya.

Negeri ini bukan hanya sekedar negara yang menangani rakyat di dalamnya, banyak sekali problematika yang harus di kedepankan dalam sebuah agenda khusus. Salah satunya tingkah laku dalam menyikapi sistem yang diberikan oleh petinggi birokrat. Biasanya sikap yang diberikan selalu berbeda menurut tempat dan keadaan yang sedang berlangsung. Sementara itu, pimpinan lembaga yang cenderung menjadi objek. Sangat begitu vital dalam mempengaruhi tipikal seseorang untuk menyikapi persoalan yang hangat dan sulit. Jika proses yang tak kunjung selesai maka pemimpin menjadi tumbal moral dalam keinstitusiannya.

Di dalam negara terdapat negara-negara kecil yang di pimpin oleh orang-orang yang berasal dari prodi/jurusan dan berbagai latar belakang, layaknya sebuah negara pastinya memiliki struktur yang memiliki fungsinya masing-masing. Bukan DPR, DPD dan DPRD yang di maksud. Semua itu hanya kiasan untuk melambangkan sebuah negara dalam kampus. Badan eksekutif yang di pimpin oleh presiden BEM harus mempunyai kualifikasi serta jejak rekam yang notabane berjiwa intelek, relegius, sosial, kritis dan berfikir secara visioner demi terwujudnya kegiatan kemahasiswaan di kampus. Untuk mencari kemampuan seseorang lengkap seperti itu cukup sulit ditemukan, tetapi kriteria kesadaran akan tingkat keberhasilan dalam memimpin harus ada sebagaimana dalam ucapan sumpah jabatan. Mundur ketika gagal dan lanjut terus ketika dipandang bagus.

Nah jika sudah memiliki negara dan pemimpin intitusi di kampus maka tidak mungkin mahasiswa lain dan utusan mahasiswa tidak ikut berperan dalam menangani nasib kedepannya kampus tersebut. Sekali lagi negara yang saya sebut patut kita pahami sebuah negara kecil yang berdemokrasi, ialah  dalam ruang lingkup universitas. Jadi berdemokrasi di dalam kampus harus ada yang namanya lembaga legislatif (Badan legislatif Mahasiswa), lembaga eksekutif (Badan Eksekutif Mahasiswa) dan sebagainya sesuai statuta yang ada.

Istilah demokrasi yang selalu di agungkan di negara republik pantas di ikuti oleh setiap organisasi kampus di indonesia dalam memutuskan mufakat, perbedaannya hanya dalam segi kuantitas. Namun dari aspek kualitas badan legislatif, eksekutif, yudikatif dan rakyatnya harus sama rata walau masih dalam tahap pengembangan. Demi tujuan tersebut perlu dipandang lagi peranan kampus dalam menfasilitasi kegiatan kemahasiswaan tersebut. Bukan tidak mungkin dalam perekrutan mahasiswa baru bisa dijadikan modal dalam kegiatan kemahasiswaan, caranya dengan uang pendaftaran yang ada sebagian di alokasikan ke kegiatan kemahasiswaan. Lalu dalam penentuan anggaran untuk kegiatan di atur oleh Badan Legislatif Mahasiswa (BLM). Tetapi kenyataan yang ada hanyalah buaian belaka, seperti menelan air liur ketika menuntut dana kemahasiswaan diungkit dengan persentase seberapa banyak mahasiswa yang belum membayar uang semester. Riskan sekali bukan?!.

Ingin menjadi apa kampus kita bila semua organisasi vakum dari kegiatan kemahasiswaan ?? Masihkah ingin berlanjut seperti ini dan terus apatis ? Atau yang lebih logika lagi kita adakan sebuah upaya untuk mendesak, merubah, mengganti, merombak kepemimpinan sekarang yang bertujuan selain regenerasi juga kefektifan dalam menemukan titik temu.

Seyogyanya harus ada gebrakan untuk membuka cakrawala para rakyat kita atau mahasiswa lain yang selama ini kita kenal apatis terhadap kegiatan kemahasiswaan, barang kali itu yang menjadi dasar enggannya orang kuat kampus dalam menyumbangkan kewajibannya. Namun tidak bisa seperti itu bila ingin memajukan kampus ini, semua tentu harus ada yang namanya pengorbanan dalam bentuk materi.

Akhirnya pesimislah yang menjadi akhir dari segala persoalan di kampus, semangat pelantikan, agenda besar, jiwa yang kritis, telah sirna akibat realita yang ada. Semuanya pupus dan meninggalkan kesan yang buruk di rakyat/mahasiswa lain atas gaya kepemimpinan dari hasil akhirnya.
Kembali lagi pada tulisan awal, ibarat pertandingan sepak bola. Tipikal mahasiswa Universitas Karimun hari ini telah mengikuti irama musuh abadinya, bukan jin atau setan tapi rasa pesimis. Berakibat berakhirnya institusi internal kampus, BEM UK yang di banggakan.

Maaf jika tulisan ini terlalu berat untuk dicerna, karena menurut saya mahasiswa perlu juga membaca tulisan yang berupa fakta bukan sekedar opini. Jika tulisan ini lebih ke arah membangun semangat terlebih memotivasi mahasiswa khususnya mahasiswa Universitas Karimun maka fikirkanlah baik-baik apa yang harus dilakukan demi kemajuan kampus kita. Dan jika menurut kalian ini hanya ocehan dari ketidaksenangan terhadap pucuk pimpinan kampus maka anda telah salah dalam menyikapi pemahaman penulis. Sebab ini semua dari mahasiswa oleh mahasiswa dan untuk mahasiswa.

Baca juga : Skripsi Di Tiadakan Suatu KemunduranSeluk Beluk 3 Organisasi Mahasiswa Di Universitas Karimun
Baca selengkapnya »

Rabu, 15 Juni 2016

0

Mengevaluasi proses kegiatan bongkar muat barang di pelabuhan tanjung balai karimun

|


METODE PENELITIAN




BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Memasuki kerjasama ekonomi Negara-negara Asia Tenggara melalui Kawasan Perdagangan Bebas Asean (Asean Free Trade Area/AFTA) sejak tahun 2003 dan pasar bebas dunia tahun 2020 akan menimbulkan persaingan ketat baik barang jadi/komoditas maupun jasa. Ini berarti Indonesia harus meningkatkan daya saing baik mutu hasil produksi maupun jasa. Peningkatan daya saing ini dimulai dari penyiapan Sumber Daya Manusia (SDM) berkualitas dan sarana dan prasarana yang memadai. Mengenai kerja sama antar negara maka diperlukan suatu penghubung yang bisa memuluskan perdangan negara terebut. Maka pelabuhan sangat vital dalam hal ini, apa lagi pelabuhan yang berfungsi sebagai aliran masuk keluarnya barang ekspor dan impor.

Pelabuhan dalam aktivitasnya mempunyai peran penting dan strategis untuk pertumbuhan industri dan perdagangan serta merupakan segmen usaha yang dapat memberikan kontribusi bagi pembangunan nasional. Hal ini membawa konsekuensi terhadap pengelolaan segmen usaha pelabuhan tersebut agar pengoperasiannya dapat dilakukan secara efektif, efisien dan profesional sehingga pelayanan pelabuhan menjadi lancar, aman, dan cepat dengan biaya yang terjangkau. Pada dasarnya pelayanan yang diberikan oleh pelabuhan adalah pelayanan terhadap kapal dan pelayanan terhadap muatan ( barang dan penumpang ). Secara teoritis, sebagai bagian dari mata rantai transportasi laut, fungsi pelabuhan adalah tempat pertemuan ( interface ) dua moda angkutan atau lebih serta interface berbagai kepentingan yang saling terkait. Barang yang diangkut dengan kapal akan dibongkar dan dipindahkan ke moda lain seperti moda darat ( truk atau kereta api). Sebaliknya barang yang diangkut dengan truk atau kereta api ke pelabuhan bongkar akan dimuat lagi ke kapal.

Oleh sebab itu berbagai kepentingan saling bertemu di pelabuhan seperti perbankan, perusahaan pelayaran, bea cukai, imigrasi, karantina, syahbandar dan pusat kegiatan lainnya. Atas dasar inilah dapat dikatakan bahwa pelabuhan sebagai salah satu infrastruktur transportasi, dapat membangkitkan kegiatan perekonomian suatu wilayah karena merupakan bagian dari mata rantai dari sistem transportasi maupun logistik.

Namun jika kita melihat kenyatan yang ada, harus kita akui bahwa memang pelabuhan – pelabuhan yang ada di Indonesia masih belum dikelola dengan baik. Sebagaimana yang kita telah ketahui bersama, dua pertiga wilayah Indonesia berupa perairan. Ribuan pulau berjajar dari Sabang sampai Merauke. Posisi negeri ini sangat strategis karena berada di persilangan rute perdagangan dunia. Ironisnya, Indonesia tak mampu memanfaatkan peluang emas itu.

Sebagai negara kepulauan, peranan pelabuhan sangat vital dalam perekonomian Indonesia. Kehadiran pelabuhan yang memadai berperan besar dalam menunjang mobilitas barang dan manusia di negeri ini. Pelabuhan menjadi sarana paling penting untuk menghubungkan antarpulau maupun antarnegara. Namun, ironisnya, kondisi pelabuhan di Indonesia sangat memprihatinkan. Hampir semua pelabuhan yang ada di Indonesia saat ini sudah ketinggalan zaman.
Dari 134 negara, menurut Global Competitiveness Report 2009-2010, daya saing pelabuhan di Indonesia berada di peringkat ke-95, sedikit meningkat dari posisi 2008 yang berada di urutan ke-104. Namun, posisi Indonesia itu kalah dari Singapura, Malaysia, dan Thailand. Kelemahan pelabuhan di Indonesia terletak pada kualitas infrastruktur dan suprastruktur.
Indonesia juga kalah dalam produktivitas bongkar muat, kondisi kongesti yang parah, dan pengurusan dokumen kepabeanan yang lama. Global Competitiveness Report 2010-2011 menyebutkan, kualitas pelabuhan di Indonesia hanya bernilai 3,6, jauh di bawah Singapura yang nilainya 6,8 dan Malaysia 5,6.
Para pengusaha pun sudah lama mengeluhkan buruknya fasilitas kepelabuhanan di Indonesia. Untuk bersandar dan bongkar muat, sebuah kapal harus antre berhari-hari menunggu giliran.

Seringkali, waktu tunggu untuk berlabuh jauh lebih lama ketimbang waktu untuk berlayar. Melihat buruknya kondisi pelabuhan itu, tak heran bila investor enggan berinvestasi di bidang perkapalan. Akibatnya, distribusi barang antarpulau pun tersendat.

Pemerintah kabupaten karimun harus mengambil langkah yang tepat untuk memperbaiki masalah yang serius ini. Sebab dari tahun ke tahun belum ada perbaikan yang signifikan terhadap pengelolaan pelabuhan yang berada di depan kantor bupati karimun.

Oleh karena itu, melalui penelitian kami ini, kami ingin mengidentifikasi cara – cara yang sekiranya, meskipun kurang signifikan, dapat membantu menyelesaikan masalah pengelolaan pelabuhan ini. Kami yakin jika pelabuhan dapat dikelola dengan baik, pemasukan devisa bagi Indonesia khususnya kabupaten karimun akan mengalami pertumbuhan kearah yang lebih baik pula.

1.2 Identifikasi Masalah

Program Studi Manajemen Kepelabuhanan dan Pelayaran adalah suatu prodi yang ada di fakultas Perikanan dan Kelautan di kampus Universitas Karimun. merupakan kebijakan pendidikan perguruan tinggi yang dimulai pada saar Dr. Nursin basirun, Sos, Msi sebagai rektor Universitas Karimun tahun 2008. Sebagai prodi yang baru berkembang, belum banyak referensi atau laporan hasil evaluasi yang telah mencoba untuk melihat efektifitas prodi tersebut. Oleh karena itu agar penelitian ini tidak mengalami perbedaan yang luas, maka perlu untuk diidentifikasi dan dibatasi. Batasan-batasan konseptual mencakup pada persoalan esensial yang berhubungan langsung dengan penyelenggaraan badan usaha pelabuhan bongkar muat barang meliputi: masukan (anttecedents),proses (transactions)dan hasil (outcomes/output). Kemudian batasan objek penelitian ini dilaksanakan pada sebuah pelabuhan bongkar muat barang, yaitu di pelabuhan bongkar muat di kecamatan karimun kabupaten tanjung balai karimun yang merupakan salah satu pelabuhan bongkar muat barang di karimun hingga sampai sekarang.

1.3 Rumusan Masalah

Berangkat dari latar belakang dan pembatasan masalah, maka masalah penelitian ini menitik beratkan pada evaluasi pelaksanaan program yaitu bagaimanakah efektivitas pelaksanaan bongkar muat barang dengan keadaan yang tidak mendukung seperti sempitnya area parkiran, kecilnya dermaga, tempat parkir kapal yang masih kurang panjang dan lain-lain.

Adapun rumusan masalah adalah sebagai berikut:
1.Bagaimanakah pengelolaan pelabuhan sehingga banyak menimbulkan masalah?
2. Bagaimana bentuk perekonomian karimun dengan adanya pelabuhan bongkar muat barang yang seharusnya bisa di optimalkan dengan baik.
3. Bagaimana dampak jika tidak ditindaklanjuti dengan permasalahan di pelabuhan bongkar muat barang tanjung balai karimun serta jika di tindaklanjuti.

1.4 Tujuan Evaluasi

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan efektivitas dalam proses kegiatan pelaksanaan bongkar muat barang yang pada prinsipnya menuju pada perbaikan dan penyempurnaan kedepannya guna memperbaiki ekonomi karimun yang lebih maju. Sebagai penelitian evaluatif juga ingin diketahui komponen-komponen apa saja yang mempengaruhi efektivitas dalam proses pelaksaan bongkar muat barang. Secara operasional penelitian evaluasi pada setiap komponen masukan (antecedents), proses (transactions) dan hasil (outcomes) bertujuan yaitu:

1. Megetahui permasalahan dalam pelabuhan bongkar muat barang tanjung balai karimun.
2. Mengetahui efektivitas dalam proses kegiatan bongkar muat barang di pelabuhan bongkar muat barang tanjung balai karimun.
3. Mengetahui dampak setelah adanya perubahan maupun sebelum adanya tindakan perbaikan.

1.5 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi pendidikan manajemen kepelabuhanan dan pelayaran baik secara teoretis maupun praktis;

1. Teoretis, diharapkan berguna sebagai bahan untuk memperjelas konsepsi tentang mengelola pelabuhan bongkar muat barang.
2. Praktis, dapat dipergunakan informasi sebagai salah satu bahan kepada pihak pengambil keputusan dalam menyelenggarakan usaha pelabuhan, yaitu;
(a) Pelayaran Indonesia (pelindo)
(b) Badan Usaha Pelabuhan (BUP)


BAB II           
Tinjauan Pustaka, Kerangka Pikir, dan Pertanyaan Evaluasi

2.1 Tinjauan Pustaka

1. Pengertian Evaluasi
Berbagai macam evaluasi yang dikenal dalam bidang kajian ilmu. Salah satunya adalah evaluasi program yang banyak digunakan dalam kajian kependidikan. Evaluasi program mengalami perkembangan yang berarti sejak Ralph Tyler, Scriven, John B. Owen, Lee Cronbach, Daniel Stufflebeam, Marvin Alkin, Malcolm Provus, R. Brinkerhoff dan lainnya. Banyaknya kajian evaluasi program yang membawa implikasi semakin banyaknya model evaluasi yang berbeda cara dan penyajiannya, namun jika ditelusuri semua model bermuara kepada satu tujuan yang sama yaitu menyediakan informasi dalam kerangka “decision” atau keputusan bagi pengambil kebijakan. Terdapat beberapa definisi tentang evaluasi yang dikemukan oleh pakar, diantaranya: (Kufman and Thomas, 1980:4) menyatakan bahwa evaluasi adalah proses yang digunakan untuk menilai. Hal senada dikemukakan oleh (Djaali, Mulyono dan Ramly, 2000:3) mendefinisikan evaluasi dapat diartikan sebagai proses menilai sesuatu berdasarkan kriteria atau standar objektif yang dievaluasi. Selanjutnya (Sanders, 1994:3) sebagai ketua The Joint Committee on Standars for Educational Evaluation mendefinisikan evaluasi sebagai kegiatan investigasi yang sistimatis tentang kebenaran atau keberhasilan suatu tujuan. Evaluasi program menurut Joint Commiteyang dikutip oleh (Brinkerhof, 1986:xv) adalah aktivitas investigasi yang sistematis tentang sesuatu yang berharga dan bernilai dari suatu obyek. Pendapat lain (Denzin and Lincoln, 2000:983) mengatakan bahwa evaluasi program berorientasi sekitar perhatian dari penentu kebijakan dari penyandang dana secara karakteristik memasukkan pertanyaan penyebab tentang tingkat terhadap mana programtelah mencapai tujuan yang diinginkan. Selanjutnya menurut (McNamara, 2008:3) mengatakan evaluasi program mengumpulkan informasi tentang suatu program atau beberapa aspek dari suatu program guna membuat keputusan penting tentang program tersebut. Keputusan-keputusan yang diambil dijadikan sebagai indikator-indikator penilaian kinerja atau assessment performance pada setiap tahapan evaluasi dalam tiga kategori yaitu rendah, moderat dan tinggi (Issac and Michael, 1982:22). Berangkat dari pengertian di atas maka evaluasi program merupakan suatu proses. Secara eksplisit evaluasi mengacu pada pencapaian tujuan sedangkan secara implisit evaluasi harus membandingkan apa yang telah dicapai dari program dengan apa yang seharusnya dicapai berdasarkan standar yang telah ditetapkan. Dalam konteks pelaksanan program, kriteria yang dimaksud adalah kriteria keberhasilan pelaksanaandan hal yang dinilai adalah hasil atau prosesnya itusendiri dalam rangka pengambilan keputusan. Evaluasi dapat digunakan untuk memeriksa tingka tkeberhasilan program berkaitan dengan lingkungan program dengan suatu “judgement” apakah program diteruskan, ditunda, ditingkatkan, dikembangkan, diterima atau ditolak.

2. Model Riset Evaluasi
Model evaluasi yang digunakan adalah Stake’s Countenance Model, Center for Instructional Research and Curriculum EvaluationUniversity of Illinois. Model Stake’ssama dengan model CIPP dan CSE-UCLA (Center for Study of Evaluation at the University of California at LosAngeles) dimana ketiganya cendrung komprehensip dan mulai dari proses evaluasi selama tahap perencanaan dari pengembangan program (Kaufman and Susan, 1980:123). Stake mengidentifikasi 3 (tiga) tahap dari evaluasi program perencanaan pelabuhan bongkar muat barang dan faktor yang mempengaruhinya yaitu:

a. Antecedents phase; sebelum program diimplementasikan: Kondisi/ kejadian apa yang ada sebelum implementasi program? Apakah kondisi/kejadian ini akan mempengaruhi program?
b. Transactions phase; pelaksanaan program: Apakah yang sebenarnya terjadi selama program dilaksanakan? Apakah program yang sedang dilaksanakan itu sesuai dengan rencana program?
c. Outcomes phase, mengetahui akibat emplementasi pada akhir program. Apakah program itu dilaksanakan sesuai dengan yang diharapkan? Apakah klien menunjukkan perilaku pada level yang tinggi dibanding dengan pada saat mereka berada sebelum program dilaksanakan? (Kaufman,1982:123). 
Setiap tahapan tersebut dibagi menjadi dua bagian aitudescription (deskripsi) dan judgment (penilian) Model Stake akan dapat memberikan gambaran pelaksanaan program secara mendalam dan mendetail. Oleh karena itu persepsi orang-orang yang terlibat dalam sistem pendidikan seperti perilaku direktur pelindo/BUP, peran direktur, peran intansi, perilaku porter dan situasi proses bongkar muat barang di pelabuhan dan pelatihan kerja di instansi terkair adalah kenyataan yang harus diperhatikan.

3. Pengangkutan
Pengangkutan dapat diartikan sebagai pemindahan barang dan manusia dari tempat asal ke tempat tujuan. Dalam hal ini terkait unsur-unsur pengangkutan sebagai berikut :
1.Ada sesuatu yang diangkut.
2. Tersedianya kendaraan sebagai alat angkutan.
3. Ada tempat yang dapat dilalui alat angkutan.



Di dalam lalul intas arus perpindahan barang, pengangkutan barang melalui laut menjadi alternatif yang paling di minati oleh masyarakat, hal ini di karenakan unsur biaya yang relatif murah disamping angkutan melalui laut sanggup mengangkut barang-barang dalam berat dan volume yang banyak. Pengertian pengangkutan laut menurut Pasal 466 dan Pasal 521 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (selanjutnya disebut KUHD) adalah : Pasal 466 KUHD : 14 Ridwan Khairandy, Machsun Tabroni, Ery Arifuddin, Djohari Santoso, Pengantar Hukum Dagang Indonesia, Jilid 1, Gama Media, Yogyakarta, 2001, hal 195 15 Ibid. 2

Pengangkutan adalah barang siapa yang baik dalam persetujuan charter menurut waktu atau charter menurut perjalanan, baik dengan persetujuan lain, mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan yang seluruhnya atau sebagian melalui lautan. Pasal 521 KUHD : Pengangkutan dalam arti bab ini adalah barang siapa yang baik dengan charter menurut waktu atau charter menurut perjalanan, baik dengan persetujuan lain, mingikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan angkutan orang (penumpang), seluruhnya atau sebagian melalui lautan. Menurut Hamdani yang dimaksud angkutan muatan laut adalah suatu usaha pelayaran yang bergerak dalam bidang jasa angkutan muatan laut dan karenanya merupakan bidang usaha yang luas bidang kegiatanya dan memegang peranan penting dalam usaha memajukan perdagangan dalam dan luar negeri.
Pengangkutan merupakan rangkaian kegiatan pemindahan penumpang atau barang dari satu tempat pemuatan (embarkasi) ke tempat tujuan (debarkasi) sebagai tempat penurunan pemumpang atau pembongkaran barang muatan.

4. Proses kegiatan yang berlangsung
Rangkaian peristiwa pemindahan itu meliputi kegiatan:
a. Memuat penumpang atau barang ke dalam alat pengangkut;
b. Membawa penumpang atau barang ke tempat tujuan ; dan
c. Menurunkan penumpang atau membongkar barang di tempat tujuan.


Hamdani, Seluk Beluk Perdagangan Ekspor-Impor,Yayasan Bina Usaha Niaga Indonesia,Jakarta, 2003, hal 323. 17 Abdulkadir Muhammad, HukumPengangkutan Niaga, Cetakan ke V, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2013, hal 42 18 Ibid, hal 423

Pengangkutan yang meliputi tiga kegiatan ini merupakan satu kesatuan proses yang disebut pengangkutan dalam arti luas. Selain itu, pengangkutan juga dapat dirumuskan dalam arti sempit. Dikatakan dalam arti sempit karena hanya meliputi kegiatan membawa penumpang atau barang dari stasiun/terminal /pelabuhan /bandara tempat pemberangkatan ke stasiun/ terminal/ pelabuhan/bandara tujuan.

Jadi, pengangkutan adalah kegiatan pemuatan penumpang atau barang ke dalamalat pengangkut, pemindahan penumpang atau barang ke tempat tujuan dengan alat pengangkut, dan penurunan penumpang atau pembongkaran barang dari alat pengangkut di tempat tujuan yang disepakati.
Angkutan di Perairan adalah kegiatan mengangkut dan/ atau memindahkan penumpang dan/ atau barang dengan menggunakan kapal.
Menurut Hamdani yang dimaksud dengan angkutan muatan laut adalah suatu usaha pelayaran yang bergerak dalam bidang jasa angkutan muatan laut dan karenanya merupakan bidang usaha yang luas bidang kegiatannya dan memegang peranan penting dalam usaha memajukan perdagangan dalam dan luar negeri.

2.2 Kerangka berfikir

1. Sebelum pertumbuhan ekonomi karimun membaik
Jauh sebelum pulau karimun dimekarkan menjadi kabupaten, pelabuhan tanjung balai karimun tidaj memberikan dampak yang begitu signiftikan bagi pertumbuhan ekonomi karimu. Sehingga menjadikan semua infrastruktur yang ada belum terfokus pada pelabuhan tersebut mengingat masih banyak lagi hal yang harus di bangun dari pada mengurusi pelabuhan yang secara nyata tidak berjalan baik akibat belum majunya pertumubhan di daratan. Oleh karena itulah dahulu pelabuhan di karimun hanya menjadi tempat transit dan bukan untuk melakukan aktivitas perdagangan seperti proses bongkar muat barang.
2. Sesudah pertumbuhan ekonomi karimun membaik
Setelah adanya regulasi baru dalam otonomi daerah, kabupaten karimun resmi berdiri dengan memiliki seorang bupati yang pertama bernama muhammad sani. Dengan pemimpin baru semua sektor maritim dikebut untuk menunjang kebutuhan akan perekonomian kabupaten karimun. Pelabuhan bongkar muat tanjung balai karimun menjadi sentral yang cukup diperhitungkan, dekat dengan pusat kota dan daerah yang sedang berkembang yaitu kecamatan karimun membuat pelabuhan ini belum di prioritaskan untuk di lakukan pemindahan atau pengembangan guna memenuhi keadikan dalam pembangunan yang bersinergi. Semua yang terjadi belum memiliki permasahan yang cukul serius, masih bisa ditangani. Arus bongkar muat relatif stabil karena banyaknya permintaan dari kebutuhan pertumbuhan ekonomi karimun. Namun dikemudian hari menjadi padat ketika pertumbuhan ekonomi di berbagai sektor mulai maju menjadikan pelabuhan tanjung balai karimun terdesak akan kebutuhannya dalam memenuhi permintan pasar.
3. Permasalah yang timbul
Pelabuhan tanjung balai karimun yang berukuran kecil dari yang di harapkan mampu menaikan ekonomi karimun tidak mampu menampung kapal dalam melakuman aktivitas bongkar muat barang. Menjadikan semua aktivitas bongkar muat barang di bagi di beberapa tempat yang dalam proses pembangunan pelabuhan bongkar muat barang.
Dihadapi arus laju pertumbuhan, aktivitas bongkar muat harus di tunjang dengan sarana dan prasarana infrastruktur yang memadai, kekurangan akan hak tersebut menjadikan permasalahan yang terus terjadi seiring perkembangan dunia modern.
Dan juga terjadi kedesakan di lahan parkiran penumpang pelabuhan domestik/internasional, menjadikan ini masalah baru dalam menata lahan parkir sehingga truk yang melalui lahan tersebut menjadi lambat sehingga aktivitas akan lumpuh total jika dibarengi dengan aktivitas manusia yang terlalu banyak.
4. Solusi dalam menanganinya
Dalam permasalahan ini saya memberikan solusi yang cenderung sama seperti pada umumnya, dimana pelabuhan bongkar muat barang tanjung balai karimun sebaiknya dikembangkan lagi menjadi pelabuhan yang lebih besar untuk mempersiapkan pertumbuhan yang lebih pesat, dan segala infrastruktur lebih dikembangkan ke arah modern. Seperti penggusuran area taman bunga menjadi tempat parkir truk atau sejenisnya dalam melayani aktivitas bongkar muat barang.
Atau yang lebih baiknya lagi dipindahkan ke tempat lain tetapi masih dalam lingkungan kecamatan karimun agar karimun masih stabil dengan keadaan perekonomian sekarang. Namun solusi kedua ini memakan biaya yang begitu besar sehingga mengorbankan semua yang ada, yang paling mencolok ialah aktivitas bongkar muat di pelabuhan tanjung balai karimun akan terhenti sementara dan ini semua akan menimbulkan masalah baru.

2.3 Pertanyaan Evaluasi

1. Bagaimana perkembangan pelabuhan bongkar muat barang di pelabuhan tanjung balai karimun dari segi perekonomian daerah karimun ?
2. Apa dampak jika pelabuhan bongkar muat barang tanjung balai karimun tidak dikembangkan ?
3. Apa dampak positif jika pelabuhan bongkar muat barang di perbaiki dan di pindahkan ?






BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Evaluasi

Penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian evaluasi dengan menggunakan metode studi kasus (case studies). Studi kasus bertujuan untuk; (1) menghasilkan deskripsi detail dari suatu fenomena; (2) mengembangkan penjelasan-penjelasan yang dapat diberikan dari studi kasus itu; dan (3) mengevaluasi fenomena-fenomena (D. Gall & P. Gall, 2003:439). Studi kasus sering digunakan untuk menyelidiki unit sosial yang kecil seperti keluarga, klub sekolah dan kelompok remaja atau “gang” (Jacobs, Razavieh, 1999:416-417). Sedangkan Robert Stake mengemukakan, bahwa sebagai suatu bentuk penelitian, studi kasus diartikan dengan perhatian dalam kasus perorangan bukan dengan metode dari inquari yang digunakan (D. Gall & P. Gall, 2003:435). Beberapa referensi menunjukkan bahwa studi kasus merupakan bagian dari penelitian kualitatif. Metode kualitatif dimaksudkan agar dapat diperoleh pemahaman dan penafsiran yang relatif mendalam tentang makna dari fenomena yang ada di lapangan. Menurut Bogdan dan Taylor yang dikutip oleh (Moleong, 2000:3), menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa katakata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

3.2 Tempat dan Waktu Evaluasi

Penelitian ini dilaksanakan di pelabuhan bongkar muat di kecamatan balai kabupaten karimun. Alasan penentuan pelabuhan ini adalah karena pelabuhan tersebut ini sudah jauh dari standarisasi dalam pengoperasian bongkar muat barang dan harus segera di pindahkan ke tempat yang lebih strategis secara geografis, efisien, atau di kembangkan lagi pelabuhan tersebut.

3.3 Desain Evaluasi

Model riset evaluasi yang digunakan yaitu Stake’s Countenance Modelyang dikembangkan oleh Robert E. Steke. Evaluasi model ini terdiri dari tiga tahapan/pase yaitu; masukan (antecedents), proses(transactions), dan hasil (outcomes). Setiap tahapan dibagi menjadi dua tahapan yaitu deskripsi (description) dan keputusan/penilaian (judgment), Model Stake ini berorientasi pada pengambilan keputusan (decisionoriented) dan teknik pengambilan keputusan aktualitas pada setiap tahap evaluasi atau aspek dengan cara melakukan pengukuran pada setiap fokus evaluasi yang dirangkum dalam matrik yang diadaptasikan dalam caseorder effect matrix(Sabarguna, 2005:27).


3.4 Teknik Pengambilan Sampel/informan
Untuk keperluan penelitian ini, pemilihan informan dilakukan secara purposif, yaitu berdasarkan maksud dan tujuan penelitian. Kriteria pemilihan informan ialah semua orang yang ada dalam proses kegiatan bongkar muat barang di pelabuhan tanjung balai karimun. Diantarnya porter, petugas lapangan perindo dan nahkoda kapal yang sedang bersandar.

3.5 Standar Evaluasi

Berdasarkan rumusan Joint Committee dalam rumusan penetapan standar evaluasi dibagi dalam empat kategori. Standar evaluasi dimaksud. Berkaitan dengan penelitian ini, adalah:Pertama, kemanfaatan (utility) yang merujuk kepada klien dan audiens yang akan memanfaatkan hasil evalusi program ini secara jelas sebagaimana yang tertuang pada bagian pendahuluan ; kedua, kelayakan (feasibility) yang mengacu pada standar prosedur praktis evaluasi dan independensi yang tidak berdampak negatif pada pelaksanaan proses bongkar muat barang di pelabuhan bongkar muat barang di karimun seperti terganggunya alur lalu lintas di daerah balai, terganggunya  dan sebagainya; Ketiga, kesesuaian (propriaty) merujuk bahwa evaluasi dilakukan secara sah, beretika, jujur, lengkap, dan mendukung kepentingan semua pihak yang telibat dalam evaluasi; dan keempat, Ketelitian/ketepatan(accuracy) merujuk kepada keahlian dan keandalan instrumen, analisis data, penggunaan oftware analisis kualitatif CDC EZ-Text dan informasi serta penetapan keputusan pada setiap tahapan evaluasi. 

Kriteria-kriteria standar tersebut merupakan ukuran atau patokan standar objektif. Selanjutnya hasil evaluasi atau intensitas objektif dari lapangan dibandingkan dengan standar objektif yang telah ditetapkan. Teknik pengambilan keputusan aktualitas pada setiap tahapan evaluasi atau aspek dilakukan dengan cara melakukan pengukuran pada setiap fokus evalusi yang dirangkum dalam matrik yang diadaptasikan dalam case-order effect matrix (Sabarguna, 2005:27). Model matrik khususcase-orderini memiliki karakteristik yang khas yaitu menampilkan adanya efek-efek perbandingan antara standar objektif berupa kriteria-kriteria standar normatif yang telah ditetapkan sebelumnya dibandingkan dengan intensitas objektif yaitu berupa hasil rekaman nyata di lapangan.

Perbandingan tersebut akan menghasilkan efek kesimpulan yaitu berupa aktualitas keputusan pada setiap kasus yang diambil. Sejalan dengan hal tersebut Stake menyatakan bahwa dalam setiap tahap evaluasi ada data deskriptif yang mencocokkan antara intents dengan observasi sedangkan penilaian (judgment) membandingkan secara absolut antaradata deskriptif dari setiap tahap dengan standar (Stake, 2006:6). Aktualitas keputusan per kasus yang dievaluasi ditetapkan dengan menggunakan tiga pilihan yaitu tinggi (high), moderat (moderate), dan rendah (low) (Issac and Michael, 1983:22). Kemudian, pada setiap tahapan evaluasi akan menghasilkan sejumlah rekomendasi akhir yang diajukan untuk perbaikan perencanaan pelabuhan bongkar muat barang yang lebih fleksibel, efisien secara komersial.

3.6 Instrument Penelitian

Dalam setiap penelitian, instrumen merupakan sesuatu yang mempunyai kedudukan sangat penting, karena instrumen akan menentukan kualitas data yang dikumpulkan. Semakin tinggi kualitas instrumen, semakin tinggi pula hasil evaluasinya (Arikunto dan Jabar, 2008:92). Dengan demikian kualitas suatu penelitian/evaluasi ditentukan oleh paling tidak empat kriteria berikut ini:
1.Sahih (valid), yaitu mengukur apa yang semestinya diukur (measure what it should measure).
2.Keterandalan (reliable), yaitu instrumen tersebut bisa digunakan kapanpun dengan hasil yang kurang lebih sama.
3.Practicable, yaitu instrumen tersebut mudah digunakan, mudah dimengerti, praktis, dan tidak rumit.
4.Ekonomis, yaitu instrumen tersebut tidak banyak membuang uang, waktu, dan tenaga dalam penyusunannya.
Seperti disebutkan sebelumnya bahwa terdapat tiga jenis metode/teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian evaluasi ini, diantaranya adalah analisis dokumen, angket (kuesioner), dan wawancara. Untuk memberikan arah/pedoman terhadap hal-hal yang dievaluasi, peneliti terlebih dahulu menentukan komponen yangdievaluasi. Indikator yang dikembangkan berdasarkan komponen yang dievaluasi tersebut berasal, sumber diperolehnya data, metode/teknik pengumpulan data, serta instrumen yang dipakai. Selanjutnya berdasarkan komponen/indikator yang dievaluasi itulah, instrumen-instrumen penelitian di atas dirancang dan digunakan.

3.7 Teknik Pengumpulan Data

Arikunto dan Jabar (2008:89) dengan tegas mengatakan bahwa evaluasi program adalah penelitian, maka metode pengumpulan data yang digunakan dalam evaluasi program sama dengan metode pengumpulan data dalam penelitian. Dengan demikian, untuk memperoleh data yang menunjang penelitian evaluasi ini peneliti menggunakan beberapa metode/teknik pengumpulan data seperti analisis dokumen, angket (kuesioner), dan wawancara. Peneliti menggunakan angket (kuesioner) untuk mengumpulkan data primer, sedangkan analisis dokumen dan wawancara dilakukan untuk mengumpulkan data pendukung dan sekaligus melakukan triangulasi data.

3.8 Teknik analisa data

Penelitian evaluatif umumnya bertujuan untuk memberikan rekomendasi kepada pihak penyelenggara program. Rekomendasi tersebut tentu saja berlandaskan pada data atau informasi yang diperoleh dari lapangan baik yang berasal dari tempat (place), orang (person), ataupun dokumen (paper). Informasi atau data tersebut selanjutnya diberikan perlakuan atau yang lebih dikenal dengan istilah pengolahan data. Arikunto dan Jabar (2008:128) mengatakan bahwa mengolah data adalah suatu proses mengubah wujud data yang diperoleh, biasanya masih termuat di dalam instrumen atau catatan-catatan yang dibuat peneliti (evaluator), menjadi sebuah sajian data yang dapat disimpulkan dan dimaknai. Seperti dijelaskan dalam instrumen penelitian, data atau informasi yang diperoleh dalam penelitian evaluasi ini berasal dari tiga sumber yakni: 1) dokumen yang merupakan syarat administrasi dari suatu program, 2) angket (kuesioner) yang disebarkan kepada kedua narasumber (petugas lapangan dan porter), dan3) wawancara terhadap ketiga narasumber tersebut. Selanjutnya, Arikunto dan Jabar (2008:130) menyebutkan data mentah yang diperoleh dari proses pengumpulan data sifatnya bervariasi:

a. Data yang diperoleh dengan menggunakan dokumen berupa angka-angka atau simbol-simbol yang menunjuk peringkat kondisi objek yang ditelaah.
b. Data yang diperoleh dengan menggunakan angket (kuesioner) maka data yang diperoleh berupa centangan atau tanda checklist (Ö) pada pilihan-pilihan, lingkaran-lingkaran pada angka atau huruf/kata yang disediakan dalam instrumen, atau kalimat-kalimat jawaban yang sifatnya kualitatif.
c. Data yang diperoleh dengan wawancara, wujud data yang diperoleh berbentuk centangan, lingkaran, dan kalimat jawaban yang diberikan olehresponden (interviewee) dan dicatat oleh petugas pengumpul data atau peneliti/evaluator. Data-data mentah di atas berikutnya disajikan/diolah untuk memudahkan pemaknaan/penafsiran terhadap data itu sendiri sehingga proses analisisnya menjadi lebih reliabel dan valid. Penyajian/pengolahan data mentah tersebut dilakukan melalui dua tahapan (Arikunto dan Jabar,2008:129-130), yaitu:

1. Tabulasi data Tabulasi merupakan proses menyajikan data dalam bentuk tabel. Tabulasi merupakan coding sheet yang memudahkan peneliti dalam mengolah dan menganalisis data yang diperoleh, baik secara manual maupun menggunakan komputer. Tabulasi ini berisikan variabel-variabel objek yang akan diteliti dan angka-angka sebagai simbolisasi (label) dari kategori berdasarkan variabel-variabel yang diteliti. Dalam penelitian evaluasi ini, peneliti mentabulasi data yang diperoleh melalui kuesioner, dimana kuesioner yang disebarkan tersebut menekankan pada empat aspek (yakni: konteks, masukan, proses, dan hasil) yang dijadikan acuan dalam mengevaluasi program Intensive Course (IC) di Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris. Dalam keempat aspek tersebut terdapat beberapa komponen/variabel yang diteliti dan komponen/variabel dari masing-masing aspek tersebut selanjutnya dirinci lagi menjadi beberapa indikator. Untuk memudahkan pemaknaan/ penafsiran data, peneliti memberikan kategori dan kode/label dalam bentuk nominal maupun ordinal terhadap indikator-indikator tersebut. 2.Pengolahan/Analisis Data
Kegiatan menganalisis data merupakan kegiatan lanjutan setelah data terkumpul dan ditabulasi. Dari pengolahan data, bisa didapatkan keterangan/ informasi yang bermakna atas sekumpulan angka, simbol, atau tanda-tanda yang didapatkan dari lapangan. Informasi tersebut akan menggambarkan kondisi yang ingin diketahui tentang program pendidikan yang dievaluasi. Berdasarkan informasi itulah evaluator akan memberikan rekomendasi-rekomendasi kepada para pemegang kebijakan pendidikan yang terkait maupunstakeholder(Arikunto dan Jabar, 2008:143).

I. pengecekan Keabsahan DataMenurut Moleong, kriteria keabsahan dataada empat macam yaitu : (1) kepercayaan (kreadibility), (2) keteralihan (tranferability), (3) kebergantungan (dependibility), (4) kepastian (konfermability). Dalam penelitian evaluasi ini memakai 3 macam antara lain :

1. Kepercayaan (kreadibility) kreadibilitas data dimaksudkan untuk membuktikan data yang berhasil dikumpulkan sesuai dengan sebenarnya. ada beberapa teknik untuk mencapai kreadibilitas ialah teknik : teknik triangulasi, sumber, pengecekan anggota, perpanjangan kehadiran peneliti dilapangan, diskusi teman sejawat, dan pengecekan kecakupan refrensim
2. Kebergantungan (depandibility)Kriteria ini digunakan untuk menjaga kehati-hatian akan terjadinya kemungkinan kesalahan dalam mengumpulkan dan menginterprestasikan data sehingga data dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Kesalahan sering dilakukan oleh manusia itu sendiri terutama peneliti karena keterbatasan pengalaman, waktu, pengetahuan. Cara untuk menetapkan bahwa proses penelitian dapat dipertanggung jawabkan melalui audit dipendability oleh ouditor independent oleh dosen pembimbing.
3. Kepastian (konfermability)Kriteria ini digunakan untuk menilai hasil penelitian yang dilakukan dengan cara mengecek data dan informasi serta interpretasi hasil penelitian yang didukung oleh materi yang ada pada pelacakan audit.










3.1 Kesimpulan

Pengelolaan pelabuhan merupakan suatu hal yang sangat kompleks. Meskipun pemerintah telah dengan sangat baik menetapkan ketentuan pengelolaannya, masalah masih tetap ada. Hal ini umumnya dikarenakan kurangnya modal untuk mengembangkan pelabuhan yang ada. Sehingga menyebabkan kurang baiknya kepengurusan pelabuhan, seperti buruknya fasilitas pelabuhan yang ada.

Prestasi pelabuhan di Indonesia juga tidak membanggakan. Kita masih kalah jauh jika dibandingkan dengan negara – negara asia tenggara lainnya seperti Singapura dan Malaysia. Oleh karena itu kita perlu untuk mengejar ketertinggalan kita ini.

Langkah pertama yang dapat dilakukan adalah memperbaiki fasilitas dasar dari pelabuhan, yang selama ini selalu dikeluhkan. Peran serta pemerintah sangat penting guna memastikan bahwa hal ini berjalan sebagaimana mestinya.

Dengan adanya kesadaran mengenai hal ini, niscaya akan tercipta pola pengembangan pelabuhan yang berkesinambungan, yang mampu untuk memperbaiki kinerja pelabuhan di Indonesia. Namun sekali lagi kami tekankan, tahap perncanaan dan tahap pengawasan merupakan factor yang sangat mempengaruhi terwujudnya hal ini.

Tidak realistis memang mengharapkan Indonesia mampu untuk bersaing dengan Singapura atau Malysia dalam hal kualitas pelabuhan. Akan tetapi kita harus tetap optimis, pelabuhan di Indonesia suatu saat nanti akan memilikiprestasi yang membanggakan.

3.2. Saran

Jadi pada dasarnya Indonesia telah memiliki jaringan perhubungan yang cukup baik bila terurus dengan baik. Akan tetapi karena pertumbuhan penduduk, keterbatasan anggaran untuk pengurusan, serta mobilitas satuan-satuan ekonomi yang lebih cepat, tepat, selamat, maka sektor perhubungan masih dianggap sektor yang harus terus dibenahi karena memegang peranan strategis bagi pertumbuhan ekonomi. Untuk itu pemerintah diharapkan memberi prioritas penting pada sektor perhubungan khususnya perhubungan laut.






Daftar Pustaka


Berita Maritim. 2007. “Dukung Perdagangan – Perlu Revutalisasi Pelabuhan” dalam http://www.beritamaritim.com, diakses 18 Maret 2011.
Humas Setda. Kabupaten Belitung. 2008. “Master Plan Pelabuhan Tanjung Padan” dalam http://www.belitungkab.go.id, diakses 16 Maret 2011.
Investor Daily. 2011. “Ironi Pelabuhan di Negeri Kepulauan” dalam http://www.investor.co.id, diakses 16 Maret 2011.
Kompas. 2008. “Transportasi Pelabuhan Indonesia” dalam http://www.pksplipb.or.id, diakses 17 Maret 2011.
Menteri Perhubungan. 2002. Tatanan Kepelabuhan Nasional – Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 53 TAHUN 2002.

Baca selengkapnya »

Support

Copyright © 2011 PC PMII Kabupaten Karimun

Template N2y Shadow By Nano Yulianto